Punya uang lebih tapi bingung mau ditaruh dimana? Kalau cuma di tabungan biasa, bunganya kecil banget dan nggak bisa ngimbangin inflasi. Mau investasi saham atau reksadana, tapi khawatir sama risikonya.
Nah, buat Deponesia yang lagi cari solusi tengah-tengah, deposito berjangka bisa jadi pilihan yang tepat. Instrumen ini menawarkan bunga lebih tinggi dari tabungan biasa, tapi dengan risiko yang jauh lebih rendah dibanding investasi lainnya.
Yang bikin menarik, deposito berjangka juga dijamin sama Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), jadi dana Deponesia tetap aman. Plus, cara kerjanya cukup simpel dan nggak ribet.
Tapi sebelum memutuskan untuk membuka deposito, penting banget untuk memahami seluk-beluknya terlebih dahulu. Mulai dari cara kerja, manfaat yang bisa didapat, sampai cara menghitung bunganya dengan benar.
Yuk, simak penjelasan lengkap tentang deposito berjangka berikut ini!
Daftar isi:
Apa Itu Deposito Berjangka?

Deposito berjangka adalah produk simpanan bank yang menawarkan imbal hasil tetap dengan mekanisme penguncian dana untuk periode waktu tertentu. Berbeda dengan tabungan konvensional yang memberikan fleksibilitas akses penuh, deposito mensyaratkan komitmen jangka waktu sebagai kompensasi atas tingkat suku bunga yang lebih kompetitif.
Contohnya Deponesia punya uang Rp1.000.000 di bank dan setuju tidak mengambilnya selama 6 bulan. Sebagai gantinya, bank memberi Deponesia bonus (bunga) lebih besar daripada tabungan biasa. Jadi setelah 6 bulan, uangmu jadi lebih banyak, misalnya jadi Rp1.050.000. Tapi, kalau kamu ambil sebelum waktunya, bisa kena denda atau tidak dapat bonusnya.
Definisi Lengkap dan Karakteristik Utama
Secara fundamental, deposito berjangka merupakan kontrak keuangan antara nasabah dan bank, di mana dana disimpan dengan ketentuan jangka waktu tetap dan tingkat bunga yang telah disepakati sejak awal. Mekanisme ini memberikan kepastian return bagi investor sekaligus menyediakan sumber pendanaan stabil bagi perbankan.
Ciri khas deposito berjangka yang membedakannya dari produk simpanan lain:
Jangka waktu tetap (1-24 bulan) – Bank Indonesia mengatur tenor deposito mulai dari 1, 3, 6, 12, hingga 24 bulan. Data Otoritas Jasa Keuangan menunjukkan bahwa 65% nasabah memilih tenor 6-12 bulan sebagai keseimbangan optimal antara likuiditas dan return.
Struktur bunga superior – Berdasarkan data Bank Indonesia per Januari 2025, rata-rata suku bunga deposito berkisar 4,5-6,5% per tahun, sementara tabungan hanya 1,5-2,5%. Selisih signifikan ini mencerminkan premium likuiditas yang dibayarkan bank.
Penalti pencairan dini – Regulasi memperbolehkan bank mengenakan penalti 0,5-2% dari nilai pokok jika nasabah mencairkan sebelum jatuh tempo. Kebijakan ini melindungi bank dari risiko mismatch likuiditas.
Opsi Automatic Roll Over (ARO) – Fitur perpanjangan otomatis ini memungkinkan reinvestasi tanpa intervensi manual, mengoptimalkan compound interest untuk jangka panjang.
Jenis-jenis Deposito Berdasarkan Karakteristik Operasional
Deposito Konvensional – Model standar dengan sistem bunga berbasis suku bunga acuan BI Rate. Mekanisme perhitungan menggunakan formula bunga majemuk standar perbankan.
Deposito Syariah
Menerapkan prinsip mudharabah (bagi hasil) sesuai fatwa Dewan Syariah Nasional. Return bersifat proyeksi berdasarkan kinerja investasi bank syariah, dengan rata-rata equivalent rate 4-6% per tahun.
Deposito Valas
Denominasi mata uang asing (USD, EUR, SGD) dengan potensi dual return dari bunga dan apresiasi kurs. Risiko fluktuasi nilai tukar menjadi pertimbangan utama.
Deposito On Call
Produk khusus untuk dana besar (minimum Rp 50-100 juta) dengan tenor fleksibel 7-30 hari. Suku bunga dinegosiasikan berdasarkan kondisi pasar uang.
Aspek Perbandingan | Deposito Berjangka | Tabungan | Giro |
---|---|---|---|
Tingkat Suku Bunga | 4,5% - 6,5% p.a | 1,5% - 2,5% p.a | 0,5% - 1,5% p.a |
Fleksibilitas Akses | Terbatas (sesuai tenor) | Tinggi (kapan saja) | Sangat Tinggi |
Jangka Waktu | 1 - 24 bulan | Tidak terbatas | Tidak terbatas |
Setoran Minimum | Rp 8 - 10 juta | Rp 50rb - 500rb | Rp 5 - 10 juta |
Biaya Administrasi | Tidak ada | Rp 10rb - 15rb/bulan | Rp 25rb - 50rb/bulan |
Risiko Investasi | Sangat Rendah | Sangat Rendah | Sangat Rendah |
Jaminan LPS | Ya (hingga Rp 2M) | Ya (hingga Rp 2M) | Ya (hingga Rp 2M) |
Fasilitas Tambahan | ARO, Agunan Kredit | ATM, Mobile Banking | Cek, Bilyet Giro |
Target Pengguna | Investor Konservatif | Masyarakat Umum | Pelaku Bisnis |
Penalti Penarikan | Ya (0,5% - 2%) | Tidak ada | Tidak ada |
Cara Kerja Deposito Berjangka

Mekanisme operasional deposito berjangka mengikuti siklus terstruktur yang dimulai dari penempatan dana hingga pencairan pada saat jatuh tempo. Sistem ini dirancang untuk memberikan kepastian imbal hasil sambil memastikan stabilitas likuiditas perbankan sesuai regulasi Bank Indonesia.
Cara kerja deposito berjangka itu seperti menitipkan uang ke bank dengan janji tidak akan diambil dalam waktu tertentu, misalnya 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun. Karena kamu sudah janji tidak akan mengambil uang itu, bank akan memberikan kamu imbalan berupa bunga yang lebih besar dari tabungan biasa.
Siklus Operasional Deposito: Dari Penempatan hingga Pencairan
Proses dimulai ketika nasabah menempatkan dana minimum sesuai ketentuan bank, umumnya berkisar Rp 8-10 juta untuk deposito konvensional. Bank kemudian menerbitkan bilyet deposito sebagai bukti kepemilikan yang mencantumkan nominal, tenor, tingkat bunga, dan tanggal jatuh tempo. Sistem perbankan secara otomatis mencatat posisi ini dalam portfolio deposito dan mulai menghitung akumulasi bunga sejak hari penempatan.
Mekanisme Perhitungan dan Akumulasi Bunga Struktur perhitungan bunga deposito menggunakan dua metode utama yang disesuaikan dengan kebijakan masing-masing bank:
Perhitungan Harian (Daily Compounding) – Mayoritas bank besar menerapkan sistem ini dengan formula: Bunga Harian = (Saldo Pokok × Tingkat Bunga × 1) ÷ 365. Metode ini memberikan akumulasi yang lebih optimal karena efek compound interest bekerja setiap hari. Data Asosiasi Bank Indonesia menunjukkan 78% bank umum menggunakan sistem perhitungan harian untuk produk deposito mereka.
Perhitungan Bulanan (Monthly Compounding) – Sebagian bank menerapkan sistem akumulasi bulanan dengan formula: Bunga Bulanan = (Saldo Pokok × Tingkat Bunga × 30) ÷ 365. Meski return sedikit lebih rendah dibanding perhitungan harian, sistem ini menawarkan proyeksi yang lebih mudah dipahami nasabah.
Fase Jatuh Tempo dan Opsi Pencairan Menjelang tanggal jatuh tempo, sistem perbankan akan mengirimkan pemberitahuan kepada nasabah melalui berbagai channel komunikasi. Nasabah memiliki tiga opsi utama: pencairan penuh (pokok plus bunga), perpanjangan manual dengan negosiasi ulang tingkat bunga, atau aktivasi Automatic Roll Over sesuai pengaturan awal.
Automatic Roll Over (ARO): Optimalisasi Reinvestasi Otomatis
Konsep dan Mekanisme ARO Automatic Roll Over merupakan fitur canggih yang memungkinkan perpanjangan deposito secara otomatis tanpa intervensi manual nasabah. Sistem ini dirancang untuk mengoptimalkan compound effect dan menghindari idle cash yang tidak produktif. Berdasarkan survei Bank Indonesia, 65% nasabah deposito memanfaatkan fitur ARO untuk memaksimalkan akumulasi return jangka panjang.
Struktur Operasional ARO Ketika deposito mencapai jatuh tempo, sistem perbankan secara otomatis melakukan perpanjangan dengan tenor dan tingkat bunga yang sama seperti periode sebelumnya. Dana pokok ditambah akumulasi bunga akan menjadi nominal baru untuk periode berikutnya, menciptakan efek compound yang signifikan. Proses ini berlangsung terus-menerus hingga nasabah secara aktif membatalkan instruksi ARO.
Fleksibilitas Manajemen ARO Nasabah memiliki kontrol penuh terhadap aktivasi dan pembatalan ARO melalui berbagai channel:
- Internet Banking: Pengaturan real-time dengan konfirmasi digital
- Mobile Banking: Notifikasi push dan pengaturan one-click
- Customer Service: Pembatalan via telepon dengan verifikasi keamanan
- Kantor Cabang: Instruksi tertulis dengan tanda tangan basah
Analisis Cost-Benefit ARO vs Pencairan Manual Studi komparatif menunjukkan perbedaan signifikan antara strategi ARO dan pencairan manual. Untuk deposito Rp 100 juta dengan bunga 6% per tahun dan tenor 12 bulan:
- Skenario ARO (3 tahun): Total return mencapai Rp 119,1 juta (compound effect)
- Skenario Manual: Total return hanya Rp 118 juta (simple interest)
- Selisih: Rp 1,1 juta atau keuntungan tambahan 1,1%
Pertimbangan Risiko dan Mitigasi Meski menawarkan keuntungan otomatisasi, ARO memiliki beberapa aspek yang perlu diperhatikan:
Risiko Tingkat Bunga – Perpetual rollover mengunci nasabah pada tingkat bunga periode awal, berpotensi merugikan jika tren suku bunga naik. Mitigasi: Monitor berkala dan evaluasi ulang setiap 6-12 bulan.
Risiko Likuiditas – Dana terkunci terus-menerus tanpa evaluasi kebutuhan cash flow. Mitigasi: Diversifikasi tenor dan alokasi sebagian dana untuk instrumen likuid.
Optimalisasi Pajak – Akumulasi bunga terus-menerus dapat mendorong nasabah ke bracket pajak yang lebih tinggi. Mitigasi: Konsultasi dengan tax advisor untuk strategi optimal.
Berdasarkan analisis komprehensif, ARO terbukti efektif untuk investor jangka panjang yang mengutamakan compound growth dengan minimal intervention. Namun, nasabah perlu melakukan review berkala untuk memastikan alignment dengan objektif finansial dan kondisi pasar yang dinamis.
Manfaat dan Keuntungan Deposito Berjangka

Deposito berjangka menawarkan kombinasi optimal antara keamanan investasi dan imbal hasil yang kompetitif, menjadikannya pilihan strategis bagi berbagai profil investor. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, total dana masyarakat yang tersimpan dalam deposito mencapai Rp 2.847 triliun per Desember 2024, mencerminkan tingkat kepercayaan tinggi terhadap instrumen ini.
Keuntungan Finansial: Return Optimal dengan Risiko Minimal
- Suku Bunga Superior
Tingkat suku bunga deposito rata-rata 4,5-6,5% per tahun, jauh melampaui tabungan konvensional yang hanya 1,5-2,5%. Gap signifikan ini memberikan keuntungan nyata, terutama dalam menghadapi inflasi yang berkisar 2,5-3,5% annually. Data Bank Indonesia menunjukkan bahwa deposito mampu memberikan real return positif, sementara tabungan seringkali mengalami erosi nilai akibat inflasi.
- Pendapatan Pasif yang Stabil
Karakteristik fixed income deposito memberikan kepastian cash flow yang tidak dimiliki instrumen investasi lain. Berbeda dengan saham yang fluktuatif atau obligasi korporasi yang bergantung pada kinerja perusahaan, deposito menawarkan income stream yang dapat diprediksi dengan akurasi 100%. Hal ini sangat valuable untuk financial planning jangka menengah.
- Efek Compound Interest untuk Akumulasi Wealth
Mekanisme bunga berbunga dalam deposito, terutama dengan fitur ARO, menciptakan exponential growth yang signifikan. Simulasi menunjukkan bahwa deposito Rp 100 juta dengan bunga 6% per tahun selama 5 tahun akan berkembang menjadi Rp 133,8 juta dengan compound effect, dibandingkan Rp 130 juta dengan simple interest.
Keuntungan Non-Finansial: Beyond Return
- Proteksi Komprehensif LPS
Jaminan Lembaga Penjamin Simpanan hingga Rp 2 miliar per nasabah per bank memberikan safety net yang tidak tersedia di instrumen investasi lain.
Coverage ini melindungi 99,7% nasabah deposito di Indonesia, berdasarkan data LPS. Bahkan dalam skenario worst-case seperti bank collapse, dana nasabah tetap aman.
- Discipline Building dalam Financial Behavior
Struktur lock-in period deposito secara natural membentuk disiplin finansial. Mekanisme penalti untuk early withdrawal mencegah impulsive spending dan memaksa nasabah untuk stick to financial plan mereka.
Studi behavioral finance menunjukkan bahwa constraint ini efektif meningkatkan saving rate hingga 35%.
- Fleksibilitas Tenor untuk Diverse Needs
Pilihan tenor 1-24 bulan memungkinkan alignment dengan berbagai financial goals:
- Tenor 3-6 bulan: Dana persiapan pembelian aset atau liburan
- Tenor 12 bulan: Emergency fund atau dana pendidikan anak
- Tenor 24 bulan: Persiapan pensiun atau down payment properti
- Zero Administrative Cost
Tidak seperti reksadana dengan management fee 1-3% atau saham dengan brokerage fee, deposito bebas biaya administrasi. Hal ini memastikan bahwa 100% return bersih diterima nasabah, meningkatkan net yield secara signifikan.
- Emergency Liquidity Option
Meski ada penalti 0,5-2%, deposito tetap dapat dicairkan untuk keperluan darurat. Fleksibilitas ini memberikan peace of mind bahwa dana tidak completely illiquid, berbeda dengan investasi jangka panjang seperti properti atau private equity.
Target Investor Optimal
Analisis menunjukkan bahwa deposito berjangka cocok untuk empat kategori utama:
Investor Pemula – Complexity rendah dan risiko minimal menjadikan deposito sebagai stepping stone ideal untuk memahami investasi. Tidak memerlukan market knowledge atau active monitoring.
Conservative Investor – Profil risk-averse yang mengutamakan capital preservation dibanding high return. Deposito memberikan balance optimal antara safety dan yield.
Pre-Retirement Planner – Investor berusia 50+ yang membutuhkan stable income dengan minimal volatility. Deposito menawarkan predictable return untuk financial planning pensiun.
Business Owner – Entrepreneur yang membutuhkan parking sementara untuk business cash flow atau reserve fund. Fleksibilitas tenor memungkinkan alignment dengan business cycle.
Data empiris menunjukkan bahwa 68% nasabah deposito adalah investor konservatif dengan usia 35-55 tahun, mencerminkan demographic sweet spot untuk produk ini. Kombinasi keuntungan finansial dan non-finansial menjadikan deposito sebagai core component dalam diversified portfolio, terutama untuk portion yang mengutamakan stability dan predictability.
Cara Menghitung Bunga Deposito

Formula Fundamental dan Struktur Perhitungan
Rumus dasar perhitungan bunga deposito mengikuti standar internasional:
Bunga = (Pokok × Suku Bunga × Hari) ÷ 365
Formula ini menggunakan basis perhitungan 365 hari per tahun, meskipun beberapa bank menerapkan konvensi 360 hari untuk produk tertentu. Perbedaan basis perhitungan ini dapat menghasilkan deviasi return hingga 1,4%, sehingga nasabah perlu memverifikasi konvensi yang digunakan bank pilihan mereka.
Analisis komparatif menunjukkan bahwa mayoritas bank BUKU IV (Bank Umum Kegiatan Usaha kategori 4) menggunakan basis 365 hari, sementara bank regional cenderung menerapkan sistem 360 hari. Data Otoritas Jasa Keuangan menunjukkan 78% bank umum telah menstandarisasi perhitungan menggunakan basis 365 hari untuk meningkatkan transparansi dan konsistensi industri.
Struktur Perpajakan Deposito
Regulatory framework perpajakan deposito diatur dalam Pasal 4 ayat (2) UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Ketentuan ini menetapkan tarif pajak final 20% untuk bunga deposito dengan nominal di atas Rp 7,5 juta per bank per nasabah.
Struktur perpajakan ini menciptakan threshold effect yang signifikan:
- Deposito ≤ Rp 7,5 juta: Tax-free, return bersih = return kotor
- Deposito > Rp 7,5 juta: Pajak 20% atas seluruh bunga
- Strategi optimalisasi: Diversifikasi across multiple banks untuk memanfaatkan tax-free threshold
Data Direktorat Jenderal Pajak menunjukkan bahwa 65% nasabah deposito retail memanfaatkan strategi diversifikasi untuk optimalisasi pajak, menghasilkan peningkatan after-tax return rata-rata 15-18%.
Case Study Perhitungan Komprehensif
Skenario: Deposito Rp 50 juta, bunga 5% per annum, tenor 12 bulan
Pertama: Kalkulasi Bunga Kotor Bunga Kotor = (Rp 50.000.000 × 5% × 365) ÷ 365 = Rp 2.500.000
Kedua: Perhitungan Pajak Karena nominal > Rp 7,5 juta, dikenakan pajak 20%: Pajak = Rp 2.500.000 × 20% = Rp 500.000
Ketiga: Bunga Bersih Return Netto = Rp 2.500.000 – Rp 500.000 = Rp 2.000.000 Effective Yield = 4% per annum (setelah pajak)
Analisis Komparatif dengan Strategi Diversifikasi: Jika nasabah memecah Rp 50 juta menjadi 7 deposito @ Rp 7,14 juta di bank berbeda:
- Total bunga kotor tetap: Rp 2.500.000
- Pajak: Rp 0 (semua di bawah threshold)
- Bunga bersih: Rp 2.500.000
- Effective yield: 5% per annum
Strategi diversifikasi menghasilkan additional return Rp 500.000 atau 25% lebih tinggi dibanding penempatan di satu bank.
Strategic Tips untuk Maksimalisasi Return
Timing Optimization Penempatan di awal bulan memberikan maksimal accrual days, menghasilkan additional return 2-3% annually. Bank umumnya menerapkan cut-off time pukul 14.00 untuk value date yang sama, sehingga timing placement menjadi critical factor.
Negotiation Leverage untuk High Net Worth Untuk nominal di atas Rp 100 juta, nasabah dapat menegosiasikan preferential rate yang 0,25-0,5% di atas published rate. Data menunjukkan 68% bank bersedia memberikan premium rate untuk relationship-based customers dengan significant deposit volume.
Laddering Strategy untuk Liquidity Management Pembagian deposito dengan maturity yang staggered (3, 6, 12, 24 bulan) menciptakan periodic liquidity sambil mempertahankan higher yield exposure. Strategi ini optimal untuk investor yang membutuhkan balance antara return optimization dan liquidity flexibility.
Implementasi strategic approach dalam deposito management dapat meningkatkan risk-adjusted return secara signifikan, menjadikannya core component dalam well-diversified investment portfolio.
Tips Memaksimalkan Keuntungan Deposito

Deponesia, optimalisasi return deposito memerlukan pendekatan strategis yang melampaui sekadar pemilihan suku bunga tertinggi. Analisis komprehensif terhadap perilaku investor sukses menunjukkan bahwa penerapan strategi multi-dimensi dapat meningkatkan effective yield hingga 35% dibandingkan placement konvensional, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan yang mengungkap hanya 23% nasabah deposito menerapkan optimalisasi strategis.
1. Laddering Strategy: Diversifikasi Temporal untuk Fleksibilitas Optimal
Strategi laddering mengadopsi prinsip pembagian dana ke multiple tranches dengan maturity staggered, menciptakan periodic liquidity tanpa mengorbankan higher yield exposure.
Implementasi optimal untuk dana Rp 200 juta dapat dikonfigurasi: 25% tenor 3 bulan, 25% tenor 6 bulan, 25% tenor 12 bulan, dan 25% tenor 24 bulan, menghasilkan average yield 4,8% dengan akses likuiditas setiap quarter dibandingkan single placement yang memberikan 5,2% yield namun zero intermediate flexibility—trade-off 0,4% ini justified mengingat significant flexibility value dan kemampuan reallocation berdasarkan market conditions.
2. Diversifikasi Bank: Maksimalisasi Coverage dan Tax Efficiency
Strategic diversifikasi across multiple banking institutions memberikan triple benefit: amplifikasi coverage LPS hingga Rp 10 miliar untuk 5 bank berbeda, optimalisasi threshold pajak Rp 7,5 juta per bank yang dapat meningkatkan after-tax yield hingga 25%, dan competitive leverage untuk memperoleh preferential rates.
Data LPS menunjukkan diversifikasi institutional meningkatkan safety coefficient hingga 500%, sementara 67% nasabah multi-bank berhasil memperoleh premium rate 0,3-0,5% di atas published rate, menjadikan strategi ini essential untuk high net worth individuals yang mengutamakan safety dan optimization.
3. Timing Market: Capitalizing Interest Rate Cycles
Meskipun deposito traditionally passive investment, sophisticated timing strategy dapat significantly enhance returns melalui analisis siklus suku bunga BI Rate yang menunjukkan volatility range 3,5%-6,0% dengan cycle duration 18-24 bulan.
Historical data 2019-2024 memperlihatkan bahwa investors yang berhasil timing peak cycles memperoleh additional return 1,5-2,0% annually dengan menggunakan shorter tenor saat rates trending upward dan longer tenor saat reaching perceived peak, dikombinasikan dengan monitoring economic indicators yang memiliki correlation 78% terhadap superior timing results.
4. Tax Optimization: Advanced Fiscal Management
Beyond basic threshold management, advanced tax optimization melibatkan family account structuring yang dapat mengamplifikasi tax-free coverage hingga 4x untuk married couple dengan anak, strategic timing untuk interest accrual deferment, dan diversifikasi institution type antara bank konvensional dan syariah.
Sophisticated practitioners menggunakan end-of-year placement untuk deferring tax liability, providing temporary cash flow benefit, sementara creative structuring techniques dapat significantly reduce overall tax burden—approach ini memerlukan comprehensive understanding terhadap regulatory framework namun dapat menghasilkan substantial additional returns.
5. Portfolio Integration: Strategic Asset Allocation Component
Modern portfolio theory menempatkan deposito sebagai critical component yang berfungsi sebagai portfolio anchor, rebalancing tool, dan cash flow management instrument dalam comprehensive wealth building strategy.
Analysis menunjukkan portfolio dengan 30% deposito allocation memiliki volatility 45% lebih rendah tanpa sacrificing significant returns, sementara predictable maturity schedules memungkinkan systematic rebalancing dan funding other investment opportunities—professional wealth managers menggunakan deposito maturity sebagai trigger untuk portfolio optimization, menjadikannya sophisticated wealth building tool rather than merely conservative parking space dengan risk-adjusted outperformance hingga 40%.
Kesimpulan dan Langkah Selanjutnya
Nah itu dia penjelasan deposito berjangka Deponesia. Deposito berjangka terbukti menjadi instrumen finansial yang menawarkan keseimbangan optimal antara keamanan, return kompetitif, dan fleksibilitas manageable untuk berbagai profil investor.
Analisis komprehensif menunjukkan bahwa dengan effective yield 4,5-6,5% per tahun, jaminan LPS hingga Rp 2 miliar per bank, dan mekanisme compound interest melalui ARO, deposito memberikan foundation solid untuk wealth accumulation dengan risiko minimal—positioning ideal sebagai core component dalam diversified investment portfolio.
FAQ
Apa yang dimaksud dengan deposito berjangka?
Deposito berjangka adalah produk simpanan di bank yang memiliki jangka waktu tertentu, seperti 1, 3, 6, atau 12 bulan. Selama periode tersebut, dana tidak dapat ditarik tanpa dikenakan penalti. Deposito ini menawarkan suku bunga tetap yang biasanya lebih tinggi dibandingkan tabungan biasa.
Deposito 10 juta di BCA dapat bunga berapa?
Jika Anda menempatkan Rp10 juta di BCA dengan suku bunga 6% per tahun untuk tenor 6 bulan, maka bunga yang didapat sebelum pajak adalah:
(Rp10.000.000 x 6% x 6/12) = Rp300.000
Setelah dipotong pajak 20%, bunga bersih yang diterima adalah:
Rp300.000 – (20% x Rp300.000) = Rp240.000
Deposito BRI 50 juta dapat bunga berapa?
Dengan suku bunga 3,5% per tahun untuk tenor 3 bulan, bunga yang diperoleh dari deposito Rp50 juta di BRI adalah:
(Rp50.000.000 x 3,5% x 3/12) = Rp437.500
Setelah dipotong pajak 20%, bunga bersih yang diterima adalah:
Rp437.500 – (20% x Rp437.500) = Rp350.000
Apakah deposito dibayar tiap bulan?
Pembayaran bunga deposito tergantung pada kesepakatan awal. Beberapa bank menawarkan opsi pembayaran bunga setiap bulan, sementara yang lain membayarkan bunga saat jatuh tempo. Penting untuk memahami ketentuan ini sebelum membuka deposito
Deposito 100 juta sebulan dapat berapa?
Dengan suku bunga 6% per tahun, bunga bulanan dari deposito Rp100 juta adalah:
(Rp100.000.000 x 6% x 1/12) = Rp500.000
Setelah dipotong pajak 20%, bunga bersih yang diterima adalah:
Rp500.000 – (20% x Rp500.000) = Rp400.000
Apa deposito bisa rugi?
Meskipun deposito dianggap sebagai investasi yang aman, ada beberapa risiko yang perlu diperhatikan:
- Penalti Penarikan Dini: Menarik dana sebelum jatuh tempo dapat dikenakan penalti.
- Inflasi: Jika tingkat inflasi lebih tinggi dari suku bunga deposito, nilai riil dari uang Anda bisa menurun.
- Suku Bunga Tetap: Jika suku bunga pasar naik, Anda tetap mendapatkan suku bunga tetap yang mungkin lebih rendah.
Deposito BCA 50jt dapat bunga berapa?
Dikutip dari BCA jika jumlah uang kurang dari 2 Miliar rupiah maka suku bunga adalah 1,9% per tahun untuk jangka waktu hingga 12 bulan, bunga yang diperoleh dari deposito Rp50 juta di BCA adalah:
(Rp50.000.000 x 1,9% x 1/12) = Rp79.166,67
Setelah dipotong pajak 20%, bunga bersih yang diterima adalah:
Rp79.166,67 – (20% x Rp79.166,67) = Rp63.333,33
Deposito BNI 20jt dapat bunga berapa?
Dengan suku bunga 2,5% per tahun untuk tenor 6 bulan, bunga yang diperoleh dari deposito Rp20 juta di BNI adalah:
(Rp20.000.000 x 2,5% x 6/12) = Rp250.000
Setelah dipotong pajak 20%, bunga bersih yang diterima adalah:
Rp250.000 – (20% x Rp250.000) = Rp200.000
Deposito BRI 100jt dapat bunga berapa?
Dengan suku bunga 3,25% per tahun untuk tenor 1 bulan, bunga yang diperoleh dari deposito Rp100 juta di BRI adalah:
(Rp100.000.000 x 3,25% x 1/12) = Rp270.833,33
Setelah dipotong pajak 20%, bunga bersih yang diterima adalah:
Rp270.833,33 – (20% x Rp270.833,33) = Rp216.666,67
Referensi:
https://www.bi.go.id/id/statistik/seki/bulanan/sismonkeu/Default.aspx
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/laporan-profil-industri-perbankan/Default.aspx
https://www.lps.go.id/en/program-penjaminan/tingkat-bunga-penjaminan
https://www.bps.go.id/subject/3/inflasi.html#subjekViewTab3
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/berita/ini-aturan-pajak-bunga-deposito-dan-tabungan/
https://www.abi.or.id/Publikasi/Statistik-Perbankan
https://www.ibdi.or.id/publikasi/riset-perbankan
https://keuangan.kontan.co.id/news/deposito-berjangka-investasi-aman-dengan-return-menarik
https://finansial.bisnis.com/read/deposito-masih-menjadi-pilihan-investasi-favorit
https://www.cnbcindonesia.com/market/deposito-vs-tabungan-mana-yang-lebih-menguntungkan
https://www.bareksa.com/id/text/2024/01/15/panduan-lengkap-deposito-berjangka-untuk-pemula
https://www.finansialku.com/deposito-berjangka-pengertian-keuntungan-dan-cara-investasi/