Deponesia, pernah dengar kan kalau “deposito itu investasi paling aman”? Tapi tunggu dulu.
Ada fakta yang jarang dibahas nih!
Deposito memang aman, tapi ternyata punya kekurangan yang bisa bikin rugi jangka panjang. Kebanyakan orang cuma tahu sisi baiknya – bunga pasti, dijamin LPS. Padahal ada kelemahan lain yang jarang diungkap.
Artikel ini akan bahas 5 kekurangan deposito yang sering diabaikan: bunga kalah dari inflasi, dana terkunci kaku, peluang investasi terlewat, dipotong pajak, dan daya beli menurun.
Yuk, kita mulai!
Daftar isi:
5 Kekurangan Deposito yang Sering Diabaikan Investor
1. Imbal Hasil Kalah dari Inflasi – Daya Beli Menurun
Ini nih yang paling sering terlewat! Bunga deposito sekarang rata-rata cuma 3-4% per tahun, sementara inflasi Indonesia di 2024-2025 sekitar 3,5%.
Artinya? Uang Deponesia praktis gak bertambah, malah berkurang daya belinya.
Coba bayangin, deposito Rp 100 juta dengan bunga 3,5% selama 5 tahun jadi sekitar Rp 118 juta.
Tapi karena inflasi juga 3,5%, daya beli uang segitu sama aja kayak Rp 100 juta sekarang.
Bahkan kalau inflasi lebih tinggi dari bunga deposito, uang Deponesia secara riil malah berkurang nilainya.
2. Likuiditas Terbatas – Dana Terkunci Rigid
Deposito itu kayak “penjara” buat uang Deponesia.
Kalau tiba-tiba butuh dana mendesak dan harus cairkan sebelum jatuh tempo, siap-siap kena penalti.
Biasanya bunga langsung hangus, bahkan bisa kena denda tambahan.
Beda sama reksa dana pasar uang yang bisa dicairkan kapan aja tanpa penalti.
Deposito bikin Deponesia kehilangan fleksibilitas finansial, padahal hidup kan penuh kejutan yang butuh dana cepat.
3. Opportunity Cost Tinggi – Melewatkan Peluang Menguntungkan
Ini yang paling sakit! Sementara uang Deponesia “tidur” di deposito dengan return 3-4%, instrumen lain bisa kasih return jauh lebih tinggi.
Saham misalnya, IHSG rata-rata naik 15-20% per tahun dalam 10 tahun terakhir.
Efek compound interest-nya beda banget. Deposito Rp 100 juta selama 10 tahun jadi sekitar Rp 148 juta.
Tapi kalau di saham dengan return 15% per tahun, bisa jadi Rp 405 juta! Selisih hampir Rp 260 juta – itu opportunity cost yang Deponesia korbankan.
4. Pajak 20% Memangkas Keuntungan Deposito
Nah, ini yang bikin makin sedih. Deposito di atas Rp 7,5 juta kena pajak 20% dari bunga yang didapat. Jadi bunga 4% bersih cuma jadi 3,2% setelah dipotong pajak.
Misal deposito Rp 50 juta dengan bunga 4% dapat Rp 2 juta per tahun. Dipotong pajak 20% jadi cuma Rp 1,6 juta. Return real-nya cuma 3,2% – makin jauh tertinggal dari inflasi!
5. Tidak Ada Perlindungan Inflasi Built-in
Masalah terbesar deposito: bunga tetap sementara inflasi berubah-ubah. Kalau inflasi naik tiba-tiba, deposito Deponesia tetap dapat bunga segitu-gitu aja.
Contoh konkret: harga kopi di 2020 Rp 15.000, sekarang Rp 25.000. Naik 67%! Tapi bunga deposito masih segitu aja.
Artinya daya beli uang Deponesia buat beli kopi udah turun drastis. Untuk tujuan jangka panjang kayak dana pensiun, ini bahaya banget.
Bagaimana Tips Aman Memulai Deposito bagi Pemula
Meski punya kekurangan, deposito tetap bisa jadi pilihan untuk situasi tertentu. Kalau Deponesia masih mau coba deposito, ini tips amannya:
Pilih Bank Terpercaya dan Terdaftar OJK Pastikan bank yang Deponesia pilih udah terdaftar di OJK dan punya jaminan LPS. Bank besar kayak BCA, Mandiri, BRI, atau BNI biasanya lebih aman. Cek juga rating kesehatan banknya.
Mulai dengan Nominal Kecil Buat pemula, coba dulu dengan dana Rp 10-20 juta. Jangan langsung taruh semua tabungan di deposito. Ini buat ngetes gimana rasanya dan belajar prosesnya.
Pilih Tenor yang Tepat Kalau masih ragu, pilih tenor pendek dulu (3-6 bulan). Lebih fleksibel dan bisa evaluasi apakah cocok atau tidak. Tenor panjang memang bunga lebih tinggi, tapi risikonya dana terkunci lama.
Bandingkan Suku Bunga Bank Jangan malas compare! Beda bank bisa beda bunga 0,5-1%. Untuk deposito besar, selisih ini lumayan banget. Cek juga promo bunga khusus untuk nasabah baru.
Siapkan Dana Darurat Terpisah Jangan sampai deposito ini dana darurat Deponesia. Siapkan emergency fund terpisah yang mudah dicairkan, minimal 6 bulan pengeluaran.
Pahami Biaya dan Pajak Deposito di atas Rp 7,5 juta kena pajak 20%. Hitung real return setelah pajak biar gak kecewa. Ada juga biaya administrasi atau materai yang perlu diperhitungkan.
Kesimpulan
Nah, sekarang Deponesia udah tahu kan 5 kekurangan deposito yang jarang dibahas: return kalah inflasi, dana terkunci kaku, opportunity cost tinggi, dipotong pajak 20%, dan gak ada proteksi inflasi.
Deposito memang aman, tapi “aman” bukan berarti selalu menguntungkan.
Saatnya mulai diversifikasi portofolio Deponesia! Jangan taruh semua telur di satu keranjang.
Pelajari investasi alternatif seperti reksa dana, saham, atau SBN yang bisa memberikan return lebih baik. Mulai dari yang sederhana dulu, yang penting Deponesia mulai action sekarang.