Di balik keberhasilan finansial seseorang, sering tersembunyi kisah perjuangan panjang atau warisan besar yang diwariskan. Ada yang berangkat dari nol, membangun semuanya dengan keringat sendiri, kita mengenalnya sebagai perintis.
Ada pula yang melanjutkan tongkat estafet dari generasi sebelumnya, mereka adalah pewaris. Keduanya sah dan punya tantangan masing-masing.
Namun, ketika membahas tentang cara mengatur keuangan, perbedaan posisi awal ini turut memengaruhi strategi, sikap, hingga keputusan penting dalam hidup mereka.
Untuk memahami lebih dalam, mari kita bedah perbedaan mendasar antara perintis dan pewaris, serta bagaimana mereka menyikapi pengelolaan keuangan pribadi dengan pendekatan yang sangat berbeda namun sama-sama kompleks.
Siapa Itu Perintis dan Pewaris?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), perintis adalah pelopor, orang yang memulai sesuatu. Mereka membangun dari bawah, dengan semangat, kerja keras, dan banyak ketidakpastian.
Sebaliknya, pewaris adalah orang yang menerima sesuatu dari generasi sebelumnya, baik harta, bisnis, jabatan, bahkan nilai-nilai dan reputasi keluarga.
Secara alami, pendekatan keduanya terhadap pengelolaan uang tidak bisa disamakan. Namun justru di sinilah menariknya: perbedaan latar belakang membentuk cara berpikir yang unik, bahkan menciptakan dua tipe pengelolaan keuangan yang sangat kontras.
Perintis: Uang Untuk Bertahan
1. Semua Dimulai dari Titik Nol
Perintis tidak diberi peta jalan. Mereka menciptakannya sendiri. Ketika membangun bisnis atau karier, mereka memutar otak untuk mengefisienkan dana yang sedikit.
Tak jarang mereka harus mengorbankan kenyamanan pribadi demi mengalokasikan modal untuk ide atau proyek baru.
Contohnya, banyak pelaku UMKM generasi pertama di Indonesia yang menggunakan garasi rumah sebagai tempat produksi dan menjadikan dapur sebagai kantor keuangan sementara.
2. Perencanaan Keuangan yang Ketat
Karena risiko kehilangan jauh lebih besar, perintis belajar membuat catatan keuangan sejak dini, seperti pendapatan, pengeluaran, sampai arus kas sekecil apapun.
Seorang perintis sukses tahu betul bagaimana tracking pengeluaran harian hingga jangka panjang. Bahkan, menurut survei Bank Indonesia tahun 2024, sekitar 68% pelaku usaha mikro yang berhasil bertahan lebih dari lima tahun adalah mereka yang konsisten mencatat dan mengevaluasi pengeluaran secara rutin.
3. Mindset Hemat
Perintis cenderung konservatif dalam berbelanja. Gaya hidup sederhana menjadi pilihan wajib, bukan hanya untuk penghematan, tapi juga sebagai cara menghindari pemborosan demi gengsi.
Mereka memahami bahwa membeli barang karena tren hanya menggerus dana darurat yang bisa menyelamatkan bisnis di masa sulit.
Pewaris: Uang Diatur Agar Tak Hilang
1. Memulai dari Aset yang Sudah Ada
Pewarislah yang sering disebut privileged starter. Tapi privilege bukan jaminan keamanan. Banyak pewaris usaha keluarga yang justru gagal melanjutkan bisnis karena tidak memahami bagaimana aset bekerja atau bahkan tidak bisa membedakan keuntungan usaha dengan uang pribadi.
Hal ini dibuktikan dalam studi oleh PwC Indonesia, yang menyebut bahwa hanya 30% bisnis keluarga bertahan ke generasi kedua, dan kurang dari 13% yang bertahan ke generasi ketiga.
2. Fokus pada Preservasi dan Ekspansi
Pewaris dituntut bukan hanya untuk menjaga apa yang sudah ada, tapi juga membuatnya berkembang. Maka strategi keuangan mereka cenderung fokus pada investasi jangka panjang, diversifikasi aset, dan pengelolaan portofolio.
Mereka lebih akrab dengan konsultan keuangan, manajemen kekayaan, dan strategi perpajakan yang efisien.
3. Menghindari “Kutukan Generasi Ketiga”
Dalam dunia bisnis, dikenal istilah “generational curse” di mana generasi penerus menghancurkan apa yang dibangun oleh pendahulunya.
Oleh karena itu, banyak pewaris kini mulai dididik sejak remaja soal literasi finansial, manajemen resiko, hingga pentingnya legacy building, yakni menjaga nilai, etika, dan reputasi keluarga lewat pengelolaan uang yang cermat.
Serupa Tak Sama
Meski latar belakang perintis dan pewaris sangat berbeda, ada benang merah yang menghubungkan keduanya, tujuan untuk menciptakan keamanan dan kebebasan finansial. Baik perintis maupun pewaris harus menguasai hal-hal berikut:
1. Disiplin Menabung dan Investasi
Menabung bukan soal sisa, melainkan prioritas. Perintis menabung untuk bertahan hidup dan mengumpulkan modal.
Pewaris menabung untuk merawat dan memperbesar aset. Keduanya juga harus berinvestasi, entah di pasar modal, properti, atau bisnis.
2. Hindari Pemborosan Gaya Hidup
Perintis cenderung hemat karena keterpaksaan. Pewaris kadang terjebak konsumtif karena keterbiasaan. Maka penting bagi keduanya untuk memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan, serta menghindari pengeluaran demi pencitraan sosial.
3. Pasang Target dan Ukur Progresnya
Baik kamu perintis atau pewaris, tentukan tujuan keuangan yang jelas: kapan ingin punya rumah? Dana pensiun berapa? Mau ekspansi ke mana? Gunakan indikator jelas agar kamu bisa mengevaluasi kemajuan secara obyektif.
Mana yang Lebih Siap?
Sebenarnya bukan tentang siapa yang lebih unggul, tapi bagaimana mindset dan attitude masing-masing membentuk pendekatan keuangan yang berkelanjutan.
Seorang perintis mungkin lebih gesit dalam beradaptasi, sedangkan pewaris lebih strategis dalam mempertahankan dan mengembangkan apa yang sudah ada.
Yang jelas, menjadi perintis menuntut keberanian dan konsistensi, sementara menjadi pewaris menuntut tanggung jawab dan visi yang berkelanjutan.
Keduanya butuh ilmu keuangan, disiplin dalam praktik, serta mentalitas tahan banting menghadapi dinamika zaman.
Kamu mungkin merasa lebih dekat dengan posisi perintis, apalagi jika sedang merintis usaha, karier, atau keuangan pribadi dari bawah. Atau mungkin kamu adalah bagian dari keluarga yang mewariskan bisnis atau aset tertentu.
Apapun posisimu, satu hal yang pasti, kemerdekaan finansial tidak ditentukan oleh dari mana kamu memulai, tapi bagaimana kamu mengelola apa yang kamu miliki.
Mulailah mencatat keuanganmu hari ini. Pahami pola belanjamu. Sisihkan dana darurat. Jangan takut belajar investasi. Dan yang paling penting, bangun sikap bijak terhadap uang, karena pada akhirnya, bukan besar kecilnya penghasilan yang menentukan masa depanmu, tapi cara kamu mengaturnya.
Referensi:
- Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
- PwC Indonesia Family Business Survey 2023
- Laporan Survei UMKM oleh Bank Indonesia 2024
- Media Keuangan: “7 Tips Mengatur Keuangan Agar Tabunganmu Terus Bertambah”

Berpengalaman lebih dari 7 tahun sebagai jurnalis dan SEO Content Writer di industri media digital. Keahlian mencakup penulisan media berita hingga brand komersial, dengan komitmen kuat pada akurasi, etika jurnalistik, dan pemanfaatan tren digital terkini.