Empat bank pelat merah kompak menaikkan suku bunga deposito valuta asing dolar Amerika Serikat hingga 4 persen, menciptakan dinamika baru di industri perbankan Indonesia.
Langkah ini dilakukan di tengah tekanan rupiah yang mencapai Rp16.738 per dolar AS dan upaya pemerintah menarik devisa dari luar negeri.
PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, dan PT Bank Tabungan Negara Tbk secara serentak mengumumkan penyesuaian counter rate deposito dolar AS menjadi 4 persen per tahun pada 24 September 2025. Kebijakan ini berlaku untuk seluruh tenor mulai dari 1 bulan hingga 12 bulan, tanpa pembedaan tiering nominal.
Strategi Berbeda Bank Swasta
Berbeda dengan bank BUMN, perbankan swasta memilih pendekatan wait and see. PT Bank Central Asia Tbk melalui EVP Corporate Communication Hera F. Haryn menegaskan akan terus mencermati perkembangan pasar dan kondisi likuiditas sebelum mengambil keputusan.
“Pada prinsipnya, BCA senantiasa mencermati perkembangan pasar, kondisi likuiditas, serta berkoordinasi dengan otoritas, pemerintah, dan regulator perbankan dalam rangka mendukung perekonomian nasional,” ujar Hera.
PT Bank CIMB Niaga Tbk juga menunjukkan sikap serupa. Presiden Direktur Lani Darmawan menekankan bahwa kebutuhan likuiditas valas setiap bank berbeda, tergantung dari rencana dan pipeline kredit valas masing-masing institusi. CIMB Niaga memastikan belum memiliki rencana menaikkan suku bunga deposito valas dalam waktu dekat.
Kontroversi dan Pencabutan
Menariknya, beberapa bank Himbara sempat mencabut pengumuman resmi terkait kenaikan bunga deposito valas dari situs resmi mereka. Langkah ini terjadi setelah kebijakan tersebut menjadi sorotan berbagai pihak, termasuk ekonom yang mempertanyakan dampaknya terhadap stabilitas rupiah.
Kepala Ekonom Trimegah Sekuritas Indonesia Fakhrul Fulvian menilai ekspektasi bunga deposito dolar AS 4 persen telah membuat perubahan luar biasa dalam ekspektasi pasar dan menekan rupiah. Menurutnya, hal tersebut perlu ditinjau ulang agar ekspektasi pasar dapat terkendali.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa pun mengklarifikasi bahwa Kementerian Keuangan tidak pernah memberikan arahan kepada Danantara atau bank-bank BUMN untuk menaikkan bunga deposito valas. Presiden Prabowo Subianto bahkan memerintahkan timnya untuk menghitung risiko dari kebijakan tersebut terlebih dahulu, dengan waktu dua pekan untuk perhitungan.
Konteks Kebijakan DHE SDA
Kebijakan kenaikan bunga deposito valas ini tidak dapat dilepaskan dari implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2025 tentang Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam yang berlaku efektif 1 Maret 2025. Aturan ini mewajibkan eksportir di sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan menempatkan 100 persen DHE SDA dalam sistem keuangan nasional selama 12 bulan.
Bank Indonesia telah menyiapkan lima instrumen penampung DHE SDA, termasuk deposito valas di bank. Gubernur BI Perry Warjiyo menargetkan tambahan devisa sebesar 80 miliar dolar AS masuk ke sistem keuangan domestik melalui kebijakan ini.
Untuk mendukung kebijakan DHE, pemerintah menyiapkan insentif berupa tarif PPh 0 persen atas pendapatan bunga pada instrumen penempatan devisa hasil ekspor, berbeda dengan deposito reguler yang dikenakan pajak 20 persen.
Perbandingan dengan Deposito Rupiah
Tingkat Bunga Penjaminan simpanan dalam bentuk rupiah saat ini ditetapkan sebesar 3,75 persen dan akan turun menjadi 3,5 persen per Oktober 2025. Dengan demikian, terdapat selisih sekitar 0,5 persen antara suku bunga deposito valas 4 persen dengan TBP rupiah.
Pengamat perbankan dari Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia Trioksa Siahaan menilai dengan bunga deposito yang hampir setara dengan deposito rupiah, produk ini akan menarik bagi nasabah untuk mengalihkan dananya ke valas, meskipun simpanan valas tidak dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan.
Suku Bunga Deposito Valas Perbankan
Per Januari 2025, berikut perbandingan suku bunga deposito valas dolar AS di berbagai bank:
BCA: Menawarkan tenor 1-12 bulan dengan suku bunga bervariasi sesuai nominal penempatan
Bank BRI: Tingkat suku bunga 1,00-2,25 persen untuk tenor 1-36 bulan, dengan tiering nominal dari kurang dari 100 dolar AS hingga lebih dari 100.000 dolar AS
Mandiri: Beragam tenor dengan bunga dibayar bulanan dan jatuh tempo serta opsi bunga dibayar di muka
Bank BNI: Suku bunga 0,75-1,75 persen untuk tenor 1-24 bulan, dengan tiering dari kurang dari 100.000 dolar AS hingga di atas 10 juta dolar AS
Dampak terhadap Pasar
Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede menyampaikan bahwa untuk konteks domestik, suku bunga deposito dolar 4 persen cenderung berada di atas rata-rata bunga simpanan rupiah yang sudah turun ke sekitar 3,07 persen pada Agustus 2025.
Trioksa Siahaan mengingatkan bahwa kenaikan suku bunga deposito valas dapat mengakibatkan biaya dana valas perbankan meningkat, yang pada gilirannya berdampak pada kenaikan bunga kredit valas atau bank akan lebih menahan ekspansi kredit valas.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, penyaluran kredit valas oleh bank umum secara nasional mencapai Rp1.186,11 triliun pada Juni 2025 atau tumbuh 4,18 persen secara tahunan. Porsi kredit dalam bentuk valas mencapai 14,52 persen dari total penyaluran kredit bank umum nasional.
Outlook dan Rekomendasi
Direktur Utama BRI Hery Gunardi menegaskan langkah menaikkan suku bunga deposito valas didorong oleh kebutuhan investor untuk melakukan diversifikasi portofolio. Menurutnya, bunga simpanan yang lebih tinggi memberi alternatif bagi investor domestik maupun asing yang menempatkan dananya di Indonesia.
Namun demikian, investor perlu mempertimbangkan beberapa faktor sebelum menempatkan dana di deposito valas:
Risiko Nilai Tukar: Fluktuasi rupiah terhadap dolar AS dapat mempengaruhi nilai investasi dalam rupiah
Status Penjaminan: Deposito valas tidak dijamin oleh LPS jika melebihi limit atau suku bunga melebihi tingkat penjaminan yang ditetapkan
Potensi Perubahan Kebijakan: Dinamika kebijakan suku bunga deposito valas yang masih dalam tahap evaluasi
Tujuan Investasi: Sesuaikan dengan kebutuhan lindung nilai atau diversifikasi portofolio
Kenaikan bunga deposito valas 4 persen oleh bank Himbara menciptakan peluang menarik bagi investor yang ingin diversifikasi ke instrumen valas, namun investor harus mempertimbangkan risiko nilai tukar dan status penjaminan.
Bank swasta yang mengambil sikap wait and see menunjukkan industri masih mengevaluasi dampak jangka panjang kebijakan ini terhadap likuiditas dan cost of fund.

Seorang SEO Specialist yang fokus pada technical SEO dan Content Writing. Menyukai hal baru dalam dunia digital marketing dan selalu berusaha berkembang serta belajar setiap harinya.