Gelontoran dana sebesar Rp 200 triliun dari Kementerian Keuangan ke lima bank BUMN diharapkan menjadi angin segar bagi sektor UMKM yang sedang menghadapi perlambatan pertumbuhan kredit.
Dana yang disalurkan mulai 12 September 2025 ini diperkirakan akan mempercepat transformasi UMKM Indonesia menuju kelas yang lebih tinggi.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memastikan dana tersebut akan didistribusikan ke Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, dan Bank Negara Indonesia (BNI) masing-masing Rp 55 triliun, sementara Bank Tabungan Negara (BTN) memperoleh Rp 25 triliun dan Bank Syariah Indonesia (BSI) Rp 10 triliun dalam bentuk deposito on call.
Kondisi UMKM yang Mengkhawatirkan
Data Bank Indonesia menunjukkan pertumbuhan kredit UMKM mengalami perlambatan drastis.
Periode Juli 2025, kredit UMKM hanya tumbuh 1,6% year-on-year (yoy) dengan nilai Rp 1.397,4 triliun, turun dari 2,0% pada Juni 2025.
Angka ini menjadi yang terendah sejak Mei 2021 saat Indonesia masih dalam situasi pandemi Covid-19.
“Pertumbuhan kredit UMKM saat ini bahkan lebih rendah dibanding awal pandemi, padahal saat itu kredit UMKM masih mampu bertahan di zona positif,” ungkap analis perbankan dari BRI Research Institute, Anton Hendranata.
Sektor usaha mikro menjadi yang paling terdampak dengan kontraksi 3,1% yoy pada Juli 2025, lebih buruk dari kontraksi 2,5% pada Juni.
Kondisi ini mengkhawatirkan mengingat UMKM menyumbang 61,07% terhadap PDB Indonesia atau senilai Rp 8.573,89 triliun dan menyerap 97% tenaga kerja nasional.
Strategi Penyaluran dan Target Sektor
Menteri UMKM Maman Abdurrahman menyambut positif kebijakan ini dengan memastikan dana akan difokuskan pada penguatan akses pembiayaan UMKM.
“Bank akan dipaksa oleh situasi untuk segera mendistribusikan dana tersebut, dan salah satu beneficiary utama adalah sektor UMKM,” jelasnya dalam acara di Kementerian PPN/Bappenas, 16 September 2025.
Bank Mandiri melalui Direktur Corporate Banking Mochamad Rizaldi menegaskan akan menyalurkan pembiayaan Rp 55 triliun prioritas ke sektor UMKM dan sektor produktif lainnya.
Hingga Juni 2025, Bank Mandiri telah menyalurkan Rp 23,9 triliun untuk Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan Rp 773,9 miliar untuk Program Tiga Juta Rumah.
Sementara itu, BNI berkomitmen menyalurkan dana ke UMKM, infrastruktur, energi terbarukan, dan pembiayaan hijau.
“Penempatan dana ini merupakan bentuk kepercayaan pemerintah kepada BNI untuk mendukung sektor-sektor produktif,” kata Direktur Utama BNI Okki Rushartomo.
Dampak Ekonomi yang Diharapkan
Para ekonom optimistis kebijakan ini akan memberikan dampak positif bagi UMKM.
Anton Hendranata menilai langkah ini dapat menjadi katalis pertumbuhan ekonomi baru melalui peningkatan investasi, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan daya beli masyarakat.
“Dana yang sebelumnya mengendap di BI kini dapat dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan produktif dan sektor riil,” ujarnya.
Kebijakan ini juga sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, khususnya poin ketiga yang menekankan penciptaan lapangan kerja berkualitas dan mendorong semangat kewirausahaan.
Pemerintah menargetkan UMKM dapat meningkatkan kontribusi terhadap ekspor nasional yang saat ini baru mencapai 15,7% dari total ekspor.
Tantangan dan Peluang ke Depan
Meski demikian, keberhasilan program ini bergantung pada kemampuan bank dalam menyalurkan kredit secara efektif ke sektor riil.
Menteri Keuangan menegaskan dana tidak boleh digunakan untuk membeli Surat Berharga Negara (SBN) atau Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
“Bank akan terpaksa menyalurkan dalam bentuk kredit karena kalau ditaruh di brangkas akan rugi,” tegas Purbaya.
Dengan jumlah UMKM mencapai 64,2 juta unit usaha yang mendominasi 99% struktur ekonomi Indonesia, potensi dampak positif program ini sangat besar.
Kunci keberhasilan terletak pada koordinasi antara Kementerian UMKM dengan bank-bank penerima dalam merancang skema pembiayaan yang tepat sasaran.
Rapat koordinasi yang digelar Kementerian UMKM bersama Kemenko Perekonomian pada 16 September 2025 akan membahas detail penyaluran dana, termasuk green design untuk sektor-sektor UMKM prioritas.
Dana Rp 200 triliun berpotensi menjadi pengubah bagi UMKM Indonesia, namun efektivitasnya akan sangat bergantung pada kemampuan bank dalam menyalurkan kredit ke sektor riil dan koordinasi antar kementerian dalam merancang program yang tepat sasaran.
Sumber:

Seorang SEO Specialist yang fokus pada technical SEO dan Content Writing. Menyukai hal baru dalam dunia digital marketing dan selalu berusaha berkembang serta belajar setiap harinya.