Pengertian deposito sebenarnya simpel yaitu uang Deponesia “dikunci” di bank untuk jangka waktu tertentu dengan imbalan bunga hingga 9% per tahun – jauh lebih menggiurkan dari tabungan biasa yang cuma 1%!
Tapi tunggu dulu, apakah benar deposito selalu menguntungkan? Dengan inflasi Indonesia menurut BI sekitar 2,40%(yoy), apakah return deposito masih worth it setelah dipotong pajak 20%?
Tenang saja di artikel ini Deponesia akan memahami secara mendalam tentang deposito mulai dari pengertian dasarnya, berbagai jenis yang tersedia di perbankan Indonesia, hingga cara menghitung bunga deposito yang akurat untuk tahun 2025.
Daftar isi:
- Pengertian Deposito
- Karakteristik Utama Deposito
- Mengapa Deposito Populer di Indonesia?
- Jenis-Jenis Deposito
- Cara Menghitung Bunga Deposito: Rumus dan Contoh Praktis
- Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bunga Deposito
- Deposito vs Investasi Lain: Mana yang Lebih Menguntungkan?
- Tips Memilih Deposito yang Baik untuk Pemula
- 1. Pilih Bank dengan Reputasi Terpercaya
- 2. Bandingkan Suku Bunga Antar Bank
- 3. Sesuaikan Tenor dengan Tujuan Keuangan
- 4. Pahami Sistem Perpanjangan (ARO)
- 5. Pertimbangkan Kemudahan Akses dan Layanan
- 6. Hitung Total Return Setelah Pajak
- 7. Diversifikasi Penempatan Dana
- 8. Timing yang Tepat untuk Buka Deposito
- Kesimpulan: Apakah Deposito Tepat untuk Anda?
- FAQ
Pengertian Deposito

Secara sederhana, pengertian deposito sendiri adalah produk simpanan bank yang uangnya dikunci untuk jangka waktu tertentu dengan imbalan bunga lebih tinggi. Menurut OJK, Deponesia baru bisa ambil uang setelah masa simpan habis. Kalau diambil sebelum waktunya, bunga hilang dan kena denda.
Bayangin aja deposito kayak brankas yang cuma bisa dibuka setelah 6 bulan atau 1 tahun. Selama itu, uang Deponesia “terkunci” tapi dapat hadiah bunga yang lumayan menggiurkan. Ibarat menanam pohon, sabar nunggu panen biar hasilnya maksimal.
Bedanya sama tabungan biasa cukup jelas. Tabungan bisa diambil kapan aja tapi bunganya kecil (cuma 0,5-1% per tahun). Deposito tidak bisa diambil sembarangan tapi bunganya lebih gede (bisa 3-6% per tahun). Plus, deposito aman karena dijamin LPS sampai 2 miliar rupiah per nasabah per bank.
Karakteristik Utama Deposito

Deposito punya empat ciri khas yang bikin beda dari produk simpanan lainnya. Pertama, jangka waktu tetap atau tenor yang udah ditentukan dari awal – mulai dari 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, sampai 24 bulan. Deponesia tinggal pilih sesuai kebutuhan dan rencana keuangan.
Kedua, bunga atau bagi hasil yang pasti dan tidak berubah-ubah selama masa simpan. Jadi dari awal Deponesia udah tahu persis berapa yang bakal diterima nanti. Ketiga, risikonya rendah banget karena dijamin LPS. Selama bunga tidak melebihi batas yang ditetapkan LPS dan dana maksimal 2 miliar per bank, uang Deponesia aman sentosa.
Keempat, likuiditas terbatas alias tidak bisa diambil sewaktu-waktu kayak tabungan. Ini yang bikin deposito cocok buat Deponesia yang punya rencana keuangan jangka menengah dan tidak butuh akses dana setiap hari. Justru karena “terpaksa” sabar, hasilnya lebih memuaskan!
Mengapa Deposito Populer di Indonesia?

Dana pihak ketiga Indonesia mencapai Rp8.169 triliun pada Januari 2024 dengan simpanan berjangka (deposito) tumbuh 6% secara tahunan. Dana deposito perorangan tercatat Rp1.437 triliun per Oktober 2024. Bank digital bahkan berlomba menawarkan bunga deposito hingga 9% per tahun buat menarik nasabah baru.
Popularity deposito di Indonesia sangat berkaitan dengan profil risiko masyarakat kita yang cenderung konservatif. Mayoritas orang Indonesia lebih suka investasi yang aman, stabil, dan tidak bikin pusing mikirin naik-turunnya pasar. Deposito jadi pilihan favorit karena cocok banget sama karakter ini – hasil pasti, risiko minimal, dan tidak perlu jadi “ahli” buat mulai.
Dibanding negara ASEAN lainnya, Indonesia memang terkenal sebagai salah satu ekonomi terbesar dengan masyarakat yang prudent dalam mengelola keuangan. Meski investasi asing di Indonesia nomor 2 tertinggi di ASEAN (USD22 miliar), masyarakat lokal tetap memilih instrumen konservatif kayak deposito. Makanya tidak heran kalau produk deposito terus berkembang dan jadi andalan perbankan Indonesia.
Jenis-Jenis Deposito

1. Deposito Berjangka (Time Deposit)
Ini jenis deposito yang paling umum dan mudah ditemukan di semua bank. Cara kerjanya simpel – Deponesia setor dana di awal, pilih jangka waktu, tunggu sampai jatuh tempo, lalu terima dana pokok plus bunga. Deposito berjangka diterbitkan atas nama pemilik, jadi cuma Deponesia yang bisa mencairkannya.
Pilihan tenor yang tersedia:
- 1 bulan – cocok buat dana mendesak
- 3 bulan – untuk rencana jangka pendek
- 6 bulan – ideal buat target liburan
- 12 bulan – planning dana pendidikan
- 24 bulan – persiapan modal usaha
Kelebihan: Bunga pasti, aman, mudah dipahami.
Kekurangan: tidak fleksibel, kena penalti kalau dicairkan prematur.
Cocok untuk: Pemula, ibu rumah tangga, pegawai yang mau nyisihin gaji bulanan.
2. Sertifikat Deposito (Certificate of Deposit)
Beda sama deposito berjangka, sertifikat deposito diterbitkan tanpa nama pemilik – jadi siapa aja yang pegang sertifikat bisa mencairkan. Mirip kayak bearer bond yang bisa dipindahtangankan ke orang lain tanpa ribet administrasi.
Keunggulan utamanya ada di kemudahan transfer kepemilikan dan perhitungan bunga diskonto (bunga dibayar di muka). Misalnya, Deponesia beli sertifikat deposito 10 juta dengan bunga 6% per tahun, langsung terima 9,4 juta di awal.
Cocok untuk: Investor berpengalaman yang butuh fleksibilitas transfer atau bisnis yang perlu instrumen pembayaran.
3. Deposito On Call
Jenis deposito untuk yang punya dana besar dan butuh fleksibilitas tinggi. Jangka waktunya super singkat – minimal 7 hari maksimal 30 hari. Tapi syaratnya lumayan berat: minimum penempatan mulai 50 juta hingga 100 juta rupiah tergantung bank.
Keunggulan utama:
- Fleksibilitas penarikan dengan pemberitahuan sehari sebelumnya
- Bunga bisa dinegosiasi langsung sama bank
- Cocok buat cash management perusahaan yang excess cash
Cocok untuk: Perusahaan besar, treasurer perusahaan, atau individu dengan dana idle yang banyak dan perlu akses cepat.
4. Deposito Syariah (Mudharabah)
Prinsipnya beda total sama deposito konvensional – tidak pakai sistem bunga tapi bagi hasil sesuai prinsip mudharabah. Bank sebagai mudharib (pengelola) dan Deponesia sebagai shahibul maal (pemilik dana). Keuntungan dibagi sesuai nisbah yang disepakati di awal.
Semua produk udah dapat fatwa halal dari MUI dan diawasi Dewan Pengawas Syariah. Return-nya kompetitif, kadang malah lebih tinggi dari deposito konvensional karena bank syariah cenderung lebih prudent dalam pengelolaan dana.
Bank terbaik: BSI, Bank Muamalat, BRIS, BNI Syariah.
Cocok untuk: Muslim yang mau investasi halal tanpa kompromi.
5. Deposito Valas (Foreign Currency)
Deposito dalam mata uang asing yang populer di Indonesia. Mata uang favorit: USD (paling stabil), SGD (bunga menarik), AUD (diversifikasi). Selain dapat bunga, Deponesia juga bisa untung dari apresiasi mata uang asing terhadap rupiah.
Keunggulan: Lindung nilai dari pelemahan rupiah, diversifikasi mata uang, akses ke suku bunga global.
Risiko: Fluktuasi nilai tukar bisa bikin rugi kalau rupiah menguat, bunga biasanya lebih rendah dari deposito rupiah.
Cocok untuk: Eksportir, importir, atau investor yang paham dinamika mata uang dan mau diversifikasi portofolio.
Cara Menghitung Bunga Deposito: Rumus dan Contoh Praktis
Rumus Dasar Perhitungan Bunga Deposito
Bunga = (Nominal × Suku Bunga × Hari) ÷ 365
Penjelasan setiap komponen:
- Nominal = Jumlah dana yang Deponesia depositokan (dalam rupiah)
- Suku Bunga = Rate bunga tahunan yang ditawarkan bank (dalam desimal, misal 5% = 0.05)
- Hari = Jumlah hari sesuai tenor deposito yang dipilih
- 365 = Jumlah hari dalam setahun (beberapa bank pakai 360 hari)
Perbedaan perhitungan untuk berbagai tenor:
- Deposito 1 bulan = 30 hari
- Deposito 3 bulan = 90 hari
- Deposito 6 bulan = 180 hari
- Deposito 12 bulan = 365 hari
Contoh Perhitungan Step-by-Step
Skenario 1: Deposito Rp 100 juta, 6 bulan, bunga 5%
1 – Identifikasi variabel:
- Nominal = Rp 100.000.000
- Suku bunga = 5% = 0.05
- Tenor = 6 bulan = 180 hari
2 – Aplikasi rumus:
Bunga kotor = (100.000.000 × 0.05 × 180) ÷ 365 Bunga kotor = 900.000.000 ÷ 365 = Rp 2.465.753
3 – Perhitungan pajak (20%):
Pajak = Rp 2.465.753 × 20% = Rp 493.151 Bunga bersih = Rp 2.465.753 – Rp 493.151 = Rp 1.972.602
Hasil akhir: Deponesia terima Rp 101.972.602 setelah 6 bulan.
Skenario 2: Deposito Rp 50 juta, 12 bulan, bunga 4.5%
- Bunga kotor = (50.000.000 × 0.045 × 365) ÷ 365 = Rp 2.250.000
- Pajak 20% = Rp 450.000
- Bunga bersih = Rp 1.800.000
Perbandingan: Meski nominal skenario 2 lebih kecil, tapi return per tahun (3,6%) lebih baik dari skenario 1 (1,97% per 6 bulan atau 3,95% per tahun). Analisis: Tenor lebih panjang biasanya kasih bunga lebih optimal.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Bunga Deposito

Bunga deposito tidak ditentukan sembarangan sama bank. Ada beberapa faktor utama yang bikin naik-turun:
Suku bunga acuan BI (BI Rate) jadi patokan utama. Kalau BI Rate naik, biasanya bunga deposito ikut naik. Per 2025, BI Rate di level 5,75% jadi bunga deposito berkisar 3-6%. Kompetisi antar bank juga berperan besar – bank digital sering kasih bunga lebih tinggi buat rebut nasabah dari bank konvensional.
Kondisi likuiditas perbankan dan inflasi juga ngaruh banget. Kalau bank butuh dana segar, mereka bakal naikin bunga deposito. Sebaliknya, kalau likuiditas melimpah, bunga cenderung turun. Inflasi yang tinggi bikin bank kasih bunga lebih gede buat jaga daya beli nasabah. Makanya penting pantau kondisi ekonomi sebelum pilih deposito.
Deposito vs Investasi Lain: Mana yang Lebih Menguntungkan?

Deposito vs Tabungan Biasa
Tabel Perbandingan:
Aspek | Deposito | Tabungan |
Suku Bunga | 3-6% | 0,5-2% per tahun |
Likuiditas | Rendah (terkunci) | Tinggi (bebas ambil) |
Minimum Deposit | Rp 1-10 juta | Rp 50-500 ribu |
Risiko | Sangat rendah | Sangat rendah |
Fleksibilitas | Terbatas | Sangat Fleksibel |
Pajak | 20% dari bunga | 20% dari bunga |
Jaminan LPS | ✓ Dijamin | ✓ Dijamin |
Perbandingan Deposito dengan Investasi Lain
Obligasi: Obligasi pemerintah (ORI/SBR) kasih bunga 6-7% tapi tenor minimal 2-3 tahun. Deposito lebih fleksibel dengan tenor 1-24 bulan. Risiko keduanya sama-sama rendah, tapi obligasi punya potensi capital gain kalau dijual sebelum jatuh tempo.
Reksa Dana: Reksa dana pasar uang return 4-6%, reksa dana campuran 8-12%, reksa dana saham 10-15% per tahun (tapi bisa minus juga). Deposito pasti untung meski returnnya lebih kecil. Trade-off: Diversifikasi vs kepastian.
Saham: Saham blue chip bisa kasih dividend yield 3-5% plus capital gain potensial 15-25% per tahun. Tapi volatilitasnya gila-gilaan – bisa untung besar atau rugi besar. Deposito stabil tapi growth potential terbatas. Cocok beda profil: Saham untuk agresif, deposito untuk konservatif.
P2P Lending: Platform P2P offering return 8-15% per tahun tapi risikonya jauh lebih tinggi. Ada kemungkinan borrower default dan dana tidak balik. Deposito dijamin LPS, P2P lending tidak ada jaminan pemerintah. Risk-return: High risk high return vs low risk low return.
Emas: Emas bagus buat hedge inflasi jangka panjang. Historis, emas naik 8-10% per tahun tapi volatil banget. Deposito kasih income pasti tiap periode, emas tidak memberikan dividend. Strategi: Emas untuk proteksi wealth, deposito untuk income generation.
Kapan Pilih Deposito?
Profil investor konservatif yang tidak mau pusing mikirin naik-turun pasar. Kalau Deponesia tipe yang lebih suka tidur nyenyak tanpa khawatir investasi anjlok, deposito pilihan tepat. Prioritas utama: keamanan modal, bukan maksimalisasi return.
Dana darurat yang perlu aman tapi dapat imbal hasil. Deposito 3-6 bulan cocok buat emergency fund karena bisa dicairkan relatif cepat kalau urgent (meski kena penalti). Lebih baik dari tabungan yang bunganya kecil banget.
Persiapan goals jangka menengah kayak liburan, renovasi rumah, atau dana pendidikan anak. Tenor deposito bisa disesuaikan sama timeline target. Misalnya, mau liburan Desember 2025, ambil deposito 6 bulan mulai Juni 2025.
Diversifikasi portofolio sebagai anchor yang stabil. Meski main saham atau crypto yang volatil, alokasi 20-30% ke deposito bisa jadi safety net. Konsep “don’t put all eggs in one basket” – ada yang aman, ada yang agresif, balanced overall.
Tips Memilih Deposito yang Baik untuk Pemula
1. Pilih Bank dengan Reputasi Terpercaya
Jangan asal pilih bank cuma karena bunganya gede. Cek dulu rating bank dari lembaga pemeringkat kayak Pefindo atau Moody’s – minimal rating BBB+ buat keamanan. Lihat laporan keuangan tahunan, terutama CAR (Capital Adequacy Ratio) yang harusnya di atas 12% menunjukkan kesehatan finansial bank.
Wajib verifikasi keanggotaan LPS – cek di website lps.go.id apakah bank tersebut terdaftar. Tanpa LPS, deposito Deponesia tidak dijamin kalau bank bangkrut. Pilih bank BUKU 3 atau BUKU 4 (modal inti di atas 5 triliun) karena biasanya lebih stabil dan profesional.
2. Bandingkan Suku Bunga Antar Bank
Jangan tergiur bunga tertinggi tanpa riset bunga di atas 7% patut dicurigai dan mungkin tidak dijamin LPS. Range normal deposito 2025 sekitar 3-6% per tahun. Batas maksimal jaminan LPS berubah-ubah, jadi selalu cek update terbaru di website resmi LPS.
Pertimbangkan juga service quality – bank dengan bunga sedang tapi pelayanan excellent lebih worth it dibanding bunga tinggi tapi ribet kalau ada masalah.
Tip Singkat: Bandingkan minimal 3-5 bank sebelum memutuskan.
3. Sesuaikan Tenor dengan Tujuan Keuangan
Tenor pendek (1-3 bulan): Ideal buat dana darurat atau cash flow management. Deponesia bisa akses dana relatif cepat tanpa kehilangan banyak bunga. Cocok juga buat yang masih testing waters di dunia deposito.
Tenor menengah (6-12 bulan): Perfect untuk goals 1-2 tahun kayak liburan, beli gadget, atau renovasi minor. Timeline jelas dan return lebih optimal dibanding tenor pendek.
Tenor panjang (18-24 bulan): Untuk goals besar kayak DP rumah, dana pendidikan, atau modal usaha. Bunga biasanya paling tinggi tapi konsekuensinya uang terkunci lama. Pastikan tidak butuh dana mendesak dalam periode tersebut.
4. Pahami Sistem Perpanjangan (ARO)
Automatic Roll Over bisa jadi blessing atau curse tergantung situasi. Pros: Praktis, tidak perlu repot perpanjang manual, dana terus berputar dan bertumbuh otomatis. Cons: Terjebak di suku bunga rendah kalau rate market naik, uang terkunci terus tanpa evaluasi ulang.
Fleksibilitas pengaturan bervariasi antar bank – ada yang bisa atur ARO online, ada yang harus ke cabang. Pilih bank yang kasih kontrol penuh sama Deponesia. Dampak strategi: ARO cocok buat long-term passive investor, tidak cocok buat yang aktif hunting rate terbaik.
5. Pertimbangkan Kemudahan Akses dan Layanan
Digital banking capabilities jadi crucial di era 2025. Pilih bank yang punya aplikasi mobile robust – bisa buka deposito online, cek saldo real-time, dan manage ARO tanpa ke cabang. Bank digital kayak Jago, Blu, atau Krom unggul di aspek ini.
Customer service responsiveness penting banget kalau ada masalah. Test dulu lewat chat, email, atau phone support sebelum commit dana besar. Jaringan kantor cabang tetap relevan buat transaksi besar atau masalah kompleks yang butuh face-to-face meeting.
6. Hitung Total Return Setelah Pajak
Banyak yang lupa faktor pajak 20% dari bunga deposito. Contoh: Bunga 5% per tahun setelah pajak jadi 4% net return. Bandingkan dengan instrumen lain yang mungkin lebih tax-efficient. Deposito syariah punya perhitungan bagi hasil yang kadang lebih menguntungkan.
Tax planning: Kalau punya deposito besar, pertimbangkan spread ke beberapa bank buat optimalisasi pajak. Atau timing pencairan di tahun berbeda untuk mengatur tax burden.
7. Diversifikasi Penempatan Dana
Jangan taruh semua telur di satu keranjang – spread dana ke 2-3 bank berbeda buat mitigasi risiko. Maksimalkan jaminan LPS dengan menempatkan maksimal 2 miliar per bank. Mix antara bank konvensional besar dengan bank digital yang kasih bunga kompetitif.
Strategy mix: 60% di bank BUKU 4 (BCA, Mandiri, BNI, BRI) untuk keamanan, 40% di bank digital (Jago, Blu, Krom) untuk optimize return. Atau 70-30 tergantung risk appetite Deponesia.
8. Timing yang Tepat untuk Buka Deposito
Market timing matters buka deposito saat suku bunga lagi tinggi, hindari saat lagi turun. Monitor pergerakan BI Rate dan prediksi ekonomi makro. Biasanya awal tahun atau pertengahan tahun ada adjustment rate.
Personal timing Buka deposito saat cash flow lagi surplus, bukan saat lagi tight budget. Pastikan punya emergency fund terpisah sebelum commit ke deposito. Pro tip: Buka deposito bertahap (dollar cost averaging) kalau dananya besar untuk mitigasi timing risk.
Kesimpulan: Apakah Deposito Tepat untuk Anda?
Deposito adalah investasi aman dengan return yang predictable – inilah kelebihan utama yang bikin jutaan orang Indonesia memilihnya. Dengan jaminan LPS hingga 2 miliar rupiah per nasabah per bank dan bunga 3-6% per tahun, deposito memberikan kepastian yang jarang ditemukan di instrumen investasi lain. Deposito sangat cocok untuk profil investor konservatif yang mengutamakan keamanan modal dibanding maksimalisasi return.
Untuk dana darurat, deposito juga jadi pilihan cerdas karena bisa memberikan return yang lebih baik dibanding tabungan biasa sambil tetap relatif accessible. Bagi pemula yang baru terjun ke dunia investasi, deposito adalah starting point yang perfect – risk minimal, mudah dipahami, dan tidak perlu expertise khusus.
Namun, ingat bahwa deposito bukan solusi tunggal dalam perencanaan keuangan. Dengan inflasi yang mencapai 2,40% dan pajak 20% yang mengurangi return, deposito butuh dikombinasikan dengan instrumen lain yang punya potensi growth lebih tinggi. Diversifikasi ke saham untuk long-term wealth building, obligasi untuk income stability, atau emas untuk hedge inflasi adalah langkah bijak untuk portofolio yang seimbang.
Jadi, apakah deposito tepat untuk Deponesia? Jawabannya adalah ya, sebagai bagian dari strategi investasi yang seimbang.
Mulai dengan alokasi 5-20% dari total portofolio ke deposito, gunakan strategi laddering untuk optimalisasi return dan likuiditas, lalu gradual expand ke instrumen lain seiring bertambahnya pengalaman. Yang terpenting, jangan tunda lagi – mulai sekarang dengan nominal yang sesuai kemampuan dan belajar sambil jalan!
FAQ
Apa yang dimaksud dengan deposito?
Deposito adalah simpanan uang di bank dengan jangka waktu tertentu yang sudah disepakati. Suku bunga yang diberikan sudah ditentukan sebelumnya. Uang yang disimpan dalam deposito tidak bisa diambil sebelum waktu yang disepakati tanpa dikenakan denda. Deposito juga dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hingga Rp2 miliar, sehingga aman untuk nasabah.
Berapa bunga deposito 10 juta per bulan?
Bunga deposito bervariasi tergantung bank dan periode simpanan. Jika suku bunga tahunan 6%, maka bunga untuk Rp10 juta bisa sekitar Rp50.000 per bulan sebelum pajak. Setelah dipotong pajak, bunga yang diterima bisa sekitar Rp40.000 per bulan.
Apa untungnya deposito di bank?
Keuntungan utama deposito adalah:
- Bunga Lebih Tinggi: Bunga deposito biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan tabungan biasa, sehingga bisa menghasilkan lebih banyak uang.
- Risiko Rendah: Deposito sangat aman karena tidak terpengaruh perubahan pasar.
- Dana Aman: Dana yang disimpan dalam deposito dijamin oleh LPS hingga Rp2 miliar.
- Membantu Menabung: Deposito memaksa kita untuk menabung karena uang yang disimpan tidak bisa diambil sebelum jatuh tempo tanpa penalti.
Apakah deposito harus bayar tiap bulan?
Tidak, deposito tidak mengharuskan Anda untuk menyetorkan uang setiap bulan. Anda hanya perlu menabung di awal sesuai jumlah yang disepakati. Bunga yang Anda terima biasanya dibayarkan di akhir periode atau sesuai kesepakatan awal.
Apa resiko dari deposito?
Beberapa risiko deposito antara lain:
- Penarikan Dini: Jika Anda menarik uang sebelum waktu yang disepakati, Anda bisa dikenakan denda dan bunga yang didapat akan lebih rendah.
- Terpengaruh Inflasi: Jika inflasi lebih tinggi dari bunga deposito, nilai uang yang Anda simpan bisa menurun.
- Kurang Fleksibel: Dana yang disimpan dalam deposito tidak bisa diambil sebelum jatuh tempo tanpa penalti, jadi kurang fleksibel.
Apa contoh deposit?
Contoh deposito adalah jika Anda menyimpan Rp100 juta di bank untuk periode 6 bulan dengan bunga 2,5% per tahun. Setelah 6 bulan, Anda akan menerima bunga sesuai dengan perhitungan yang telah disepakati.
Deposito 100jt per bulan dapat berapa?
Jika deposito Anda sebesar Rp100 juta dan suku bunga tahunan 6%, maka bunga yang Anda dapatkan per bulan sebelum pajak sekitar Rp500.000. Setelah pajak, bunga bersih yang diterima bisa sekitar Rp400.000 per bulan.
Deposito 50jt di BCA dapat bunga berapa?
BCA menawarkan bunga deposito yang bervariasi, tapi jika Anda menyimpan Rp50 juta untuk satu bulan dengan suku bunga sekitar 2%, bunga yang Anda terima per bulan sebelum pajak sekitar Rp83.333. Setelah pajak 20%, bunga yang diterima bersih sekitar Rp66.667.
Apa kelemahan deposito?
Kelemahan utama deposito adalah:
- Keuntungan Terbatas: Bunga deposito biasanya lebih rendah dibandingkan dengan investasi lain seperti saham atau reksa dana.
- Terpengaruh Inflasi: Jika inflasi lebih tinggi dari bunga deposito, maka nilai uang yang disimpan bisa menurun.
- Kurang Fleksibel: Anda tidak bisa mengambil dana sebelum jatuh tempo tanpa penalti, jadi deposito kurang fleksibel.
Deposito BRI 50 juta dapat bunga berapa?
BRI menawarkan bunga sekitar 3% per tahun untuk deposito dengan periode 6 bulan. Jadi, jika Anda menabung Rp50 juta, bunga yang Anda terima setelah 6 bulan adalah sekitar Rp750.000 sebelum pajak. Setelah dipotong pajak 20%, bunga yang diterima bersih sekitar Rp600.000.
Apakah deposito bisa cair setiap bulan?
Secara umum, deposito tidak bisa dicairkan setiap bulan. Namun, beberapa bank menawarkan pilihan agar bunga deposito dibayar setiap bulan, meskipun pokoknya tetap tidak bisa dicairkan sampai jatuh tempo. Ini bisa menjadi pilihan bagi yang membutuhkan penghasilan bulanan.
Referensi:
- https://www.bps.go.id/en/pressrelease/2025/05/02/2429/inflasi-year-on-year–y-on-y–april-2025-sebesar-1-95-persen–inflasi-provinsi-y-on-y-tertinggi-terjadi-di-provinsi-papua-pegunungan-sebesar-5-96-persen.html
- https://databoks.katadata.co.id/keuangan/statistik/f99d319a218c9c0/total-dana-pihak-ketiga-capai-rp8169-triliun-awal-2024
- https://www.bi.go.id/id/statistik/indikator/bi-rate.aspx
- https://www.bps.go.id/en/statistics-table/2/Mzc5IzI=/bi-rate.html
- https://pusatdata.kontan.co.id/bungadeposito
- https://money.kompas.com/read/2025/02/24/235302126/bunga-deposito-bank-digital-2025-siapa-paling-kompetitif
- https://finansial.bisnis.com/read/20250506/90/1874722/daftar-bank-dengan-bunga-deposito-tertinggi-mei-2025-ada-9-per-tahun
- https://infobanknews.com/tantangan-perbankan-2025/
- https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/data-dan-statistik/statistik-perbankan-indonesia/default.aspx
- https://sikapiuangmu.ojk.go.id/FrontEnd/CMS/Category/121
- https://lps.go.id
- https://depositobpr.id/blog/jenis-profil-risiko-investasi
- https://www.bareksa.com/berita/reksa-dana/2020-01-23/mengenali-karakter-profil-risiko-konservatif-investor-yang-tak-suka-risiko
- https://www.dbs.id/id/treasures-id/articles/pahami-profil-risiko-untuk-menentukan-reksadana-yang-tepat
- https://krom.id/
- https://banksaqu.co.id/blog/apa-itu-deposito
- https://www.cimbniaga.co.id/id/inspirasi/perencanaan/pengertian-deposito-yang-harus-anda-pahami
- https://indonesia.go.id/kategori/ragam-asean-2023/7376/indonesia-dorong-pertumbuhan-investasi-di-kawasan-asean
- https://setkab.go.id/menerobos-pasar-masyarakat-ekonomi-asean/