Punya dana Rp 50 juta dan bingung mau taruh di deposito atau coba trading?
Deponesia tidak sendirian.
Banyak investor pemula terjebak ekspektasi tinggi dari “cerita sukses” trading yang viral di media sosial, padahal realitanya jauh berbeda.
Mari kita bandingkan kedua opsi ini dengan data faktual, bukan janji manis.
Deposito Rp 50 Juta: Return Stabil Tapi Terbatas
Dengan bunga deposito rata-rata 5.5% per tahun di 2025, mari hitung return riilnya.
Gross income: Rp 50 juta × 5.5% = Rp 2.75 juta per tahun.
Tapi tunggu, ada potongan pajak 20% sebesar Rp 550 ribu.
Net income: Rp 2.2 juta per tahun atau hanya Rp 183 ribu per bulan.
Return nett cuma 4.4% per tahun.
Jika inflasi 3.5%, real return hanya 0.9% – hampir tidak ada pertumbuhan riil.
Deposito memang aman, dijamin LPS hingga Rp 2 miliar, dan tidak butuh effort monitoring.
Cocok untuk tujuan jangka pendek atau passive income stabil, tapi jangan harap kaya dari deposito senilai Rp 50 juta.
Profit Trading Rp 50 Juta: Potensi Tinggi, Risiko Lebih Tinggi
Berbeda dengan deposito, trading menawarkan potensi return jauh lebih besar.
Trader profesional menargetkan 2-10% profit per bulan.
Jika sukses mencapai 5% per bulan, modal Rp 50 juta bisa menghasilkan Rp 2.5 juta per bulan atau 60-80% per tahun dengan compounding.
Kedengarannya menggiurkan?
Jangan terburu-buru.
Realitanya, 70-90% trader ritel justru mengalami kerugian, bukan profit.
Data dari Securities and Exchange Board of India mengungkap 93% trader individual rugi dalam perdagangan futures dan options antara 2022-2024.
Untuk trader pemula dengan modal Rp 50 juta, target realistis hanya 2-3% per bulan, itupun jika disiplin dan sudah belajar minimal 6 bulan.
Artinya profit teoritis Rp 1-1.5 juta per bulan, dengan risiko loss yang sangat tinggi.
Tabel Perbandingan: Deposito vs Trading
Aspek | Deposito | Trading |
---|---|---|
Return/tahun | 4.4% nett | 24-80% (sangat bervariasi) |
Return/bulan | Rp 183 ribu | Rp 1-4 juta (fluktuatif) |
Risiko modal hilang | Sangat rendah | Tinggi (70-90% trader rugi) |
Waktu dibutuhkan | Pasif | Aktif (monitoring harian) |
Skill required | Minimal | Tinggi (butuh edukasi 6-12 bulan) |
Stres level | Rendah | Sangat tinggi |
Data ini menunjukkan trade-off jelas: return tinggi berbanding lurus dengan risiko dan effort.
Mengapa Mayoritas Trader Gagal?
Ada beberapa penyebab utama kegagalan trading dengan modal Rp 50 juta:
Overtrading: Membuka 20-50 transaksi per hari tanpa strategi jelas, mengandalkan “feeling” semata.
Tidak pakai stop loss: Berharap harga akan balik, padahal loss terus membesar hingga margin call.
Revenge trading: Setelah loss, menggandakan lot size untuk “balas dendam” ke market, hasilnya modal habis lebih cepat.
Leverage berlebihan: Menggunakan leverage 1:100 atau 1:500 tanpa memahami risikonya bisa membuat modal Rp 50 juta ludes dalam hitungan hari.
Contoh nyata: Seorang trader pemula dengan modal Rp 50 juta melakukan scalping berlebihan, trading tanpa stop loss berdasarkan emosi, dan modal habis dalam 3 hari.
Ini bukan cerita fiktif, data menunjukkan pola serupa terjadi pada mayoritas trader pemula.
Skenario Realistis: Best Case vs Worst Case
Best case (hanya 2-3 dari 10 trader): Modal Rp 50 juta dengan profit konsisten 10% per bulan bisa tumbuh menjadi Rp 110-140 juta dalam setahun.
Butuh skill tinggi, disiplin ketat, dan pengalaman bertahun-tahun.
Worst case (mayoritas trader): Modal Rp 50 juta rugi 50% menjadi Rp 25 juta dalam beberapa bulan.
Untuk balik modal butuh profit 100%, yang jauh lebih sulit dari kedengarannya.
Banyak kasus modal habis total karena tidak pakai money management.
Realistic case untuk pemula: Kombinasi 70% deposito (Rp 35 juta) dan 30% trading (Rp 15 juta) lebih masuk akal.
Deposito memberikan return stabil Rp 128 ribu per bulan, sementara Rp 15 juta untuk belajar trading dengan risiko terkontrol.
Jika rugi total di trading, masih punya Rp 35 juta utuh di deposito.
Rekomendasi: Strategi Money Management
Jika Deponesia tetap ingin trading dengan modal Rp 50 juta, terapkan aturan ketat:
Maksimal risiko 1-2% per transaksi: Dengan modal Rp 50 juta, risiko maksimal Rp 500 ribu-1 juta per trade.
Wajib pakai stop loss: Jangan pernah trading tanpa stop loss, ini bunuh diri finansial.
Risk-reward ratio minimal 1:2: Jika risiko Rp 500 ribu, target profit minimal Rp 1 juta.
Maksimal 3-4 posisi open bersamaan: Jangan buka puluhan posisi sekaligus, ini overtrading.
Stop trading setelah 3x loss berturut-turut: Emosi adalah musuh terbesar trader, jeda saat loss streak.
Kesimpulan: Mana yang Lebih Realistis?
Untuk modal Rp 50 juta, jawabannya tergantung profil risiko Deponesia.
Pilih deposito jika:
- Prioritas keamanan modal
- Butuh passive income stabil
- Tidak punya waktu monitoring aktif
- Tujuan jangka pendek 1-3 tahun
Pilih trading jika:
- Siap kehilangan 30-50% modal sebagai “tuition fee”
- Punya waktu belajar minimal 6-12 bulan
- Punya emergency fund terpisah
- Target wealth creation jangka panjang
Rekomendasi terbaik: Hybrid approach.
Tahun pertama: 80% deposito + 20% belajar trading di akun demo.
Jika konsisten profitable 6 bulan, baru alokasikan 30-40% ke trading riil.
Jangan pernah all-in ke trading dengan uang yang tidak siap hilang.
Ingat: Deposito realistis untuk return 4.4% per tahun, sementara trading menjanjikan 24-80% tapi dengan risiko 70-90% trader justru rugi.
Pilihan ada di tangan Deponesia, tapi pastikan berdasarkan data, bukan mimpi.
Sumber:
- https://ajaib.co.id/modal-yang-dibutuhkan-untuk-menjadi-full-time-trader/
- https://www.seputarforex.net/artikel/berapa-besar-profit-realistis-dalam-trading-forex-309656-31
- https://indodax.com/academy/kisah-trader-gagal/
- https://money.kompas.com/read/2021/09/27/080700326/trading-forex-modal-berapa-pun-bisa-habis
- https://blog.hsb.co.id/forex/penyebab-day-trading-forex-gagal/

Seorang SEO Specialist yang fokus pada technical SEO dan Content Writing. Menyukai hal baru dalam dunia digital marketing dan selalu berusaha berkembang serta belajar setiap harinya.