Pernah ngerasa gaji cuma numpang lewat? Baru juga tanggal muda, eh uang udah entah ke mana. Rasanya pengeluaran selalu lebih cepat dari pemasukan, dan belum sampai pertengahan bulan dompet sudah mulai ngos-ngosan. Tapi, DepoNesia, tenang dulu. Bisa jadi bukan soal penghasilan yang kurang, tapi cara kita mengatur keuangan keluarga yang belum optimal.
Nah, kali ini kita bakal bahas bareng gimana strategi perencanaan keuangan keluarga yang nggak cuma masuk akal, tapi juga aplikatif. Jadi nggak cuma tahu, tapi juga bisa langsung dipraktikkan.
Apalagi hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia naik jadi 66,46% dan indeks inklusi keuangan mencapai 80,51%, naik cukup signifikan dari tahun sebelumnya. Kabar baik, tapi artinya masih banyak ruang buat belajar dan memperbaiki.
Daftar isi:
Susun Skala Prioritas

DepoNesia, hal pertama yang perlu kita pahami adalah bahwa nggak semua kebutuhan itu wajib dipenuhi dalam waktu bersamaan. Dalam keluarga, menyusun prioritas keuangan adalah langkah penting biar pengeluaran nggak semrawut dan gaji bisa tahan lebih lama.
Menurut Jurnal Kajian Keluarga, Gender dan Anak, menyusun prioritas itu artinya mendahulukan pengeluaran yang benar-benar penting. Seperti biaya makan, listrik, air, transportasi, pendidikan anak, hingga cicilan rumah atau kendaraan. Nah, kalau kebutuhan pokok sudah terpenuhi, baru deh kita bisa alokasikan untuk hal lain seperti rekreasi, sedekah, atau tabungan masa depan.
Contohnya, seperti keluarga Andri dan Rani yang tinggal di Yogyakarta. Dengan penghasilan gabungan Rp10 juta per bulan, mereka membagi anggaran bulanan sebagai berikut:
- 55% untuk kebutuhan pokok dan tagihan
- 15% ditabung
- 10% untuk hiburan dan rekreasi
- 10% untuk dana darurat
- 10% untuk donasi dan sosial
Dengan pembagian seperti itu, mereka bisa hidup tenang tanpa harus khawatir kekurangan di akhir bulan. Intinya, jangan sampai hidup lebih besar pasak daripada tiang ya, DepoNesia!
Catat Semua Pengeluaran
“Lho, kok uangnya udah habis?” pertanyaan ini sering banget kita tanyain ke diri sendiri. Jawabannya bisa jadi karena kita lupa nyatat pengeluaran kecil yang ternyata totalnya nggak kecil.
Menurut situs uny.ac.id, catatan keuangan adalah alat penting buat merekam arus keluar masuk uang, karena sifat uang itu sangat cair. Tanpa catatan, kita gampang lupa. Uang Rp20 ribu buat jajan di warung, Rp15 ribu buat parkir, Rp30 ribu buat ojek online kalau dikumpulin, sehari bisa habis ratusan ribu tanpa terasa.
DepoNesia bisa mulai dari yang simpel, seperti aplikasi pencatat keuangan di ponsel, atau bahkan buku catatan biasa. Yang penting, konsisten. Coba catat semua pengeluaran selama satu bulan, nanti kamu bakal sadar di mana kebocoran keuangan sebenarnya.
Hidup Hemat Itu Bukan Pelit, Tapi Cerdas
Kata siapa hemat itu identik dengan pelit? Justru hidup hemat adalah bentuk kecerdasan finansial. Dalam Islam pun, hidup boros itu dilarang keras. Seperti dalam QS. Al-Isra’: 26–27 yang menyebutkan bahwa pemboros itu saudara setan. Ngeri juga, ya!
Bankmandiri.co.id menyebutkan bahwa salah satu manfaat dari pengelolaan keuangan yang baik adalah mendorong kedisiplinan dalam mengatur anggaran. Itu artinya kita harus belajar membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Nggak perlu tiap akhir pekan harus ke kafe fancy, atau belanja baju baru tiap bulan.
Buat keluarga seperti pasangan muda, gaya hidup hemat berarti masak sendiri di rumah, bawa bekal ke kantor, dan beli barang sesuai kebutuhan, bukan keinginan. Hasilnya? Mereka bisa menabung untuk DP rumah pertama mereka dalam waktu dua tahun saja!
Dana Darurat dan Investasi Itu Penting
Nggak ada yang tahu kapan musibah datang. Itu sebabnya punya dana darurat adalah hal wajib dalam strategi keuangan keluarga. Idealnya, dana darurat disiapkan minimal 3 sampai 6 kali pengeluaran bulanan. Jadi kalau sewaktu-waktu ada anggota keluarga sakit, kena PHK, atau kendaraan rusak, kita nggak panik dan harus ngutang ke mana-mana.
Setelah dana darurat aman, barulah kita mulai belajar investasi. Pilihlah instrumen yang sesuai dengan profil risiko, seperti reksadana pasar uang, emas, atau deposito. Menurut OJK, salah satu indikator keberhasilan inklusi keuangan adalah meningkatnya jumlah masyarakat yang memanfaatkan produk jasa keuangan formal, termasuk investasi.
Istri Ikut Membantu? Nggak Masalah, Asal Sepakat
Di masa sekarang, peran istri dalam membantu ekonomi keluarga makin terbuka. Berdasarkan riset dari Jurnal Kajian Keluarga, salah satu faktor yang mendorong istri bekerja adalah kondisi ekonomi dan jumlah tanggungan keluarga. Banyak juga yang termotivasi karena punya keahlian atau pendidikan yang mendukung.
Selama keputusan ini diambil bersama dan tidak mengorbankan keharmonisan rumah tangga, kontribusi istri bisa jadi berkah. Ibu Nia, misalnya, memilih jualan kue online dari rumah sambil tetap mengurus anak. Penghasilan tambahannya ia gunakan untuk menambah tabungan pendidikan anak dan biaya darurat.
Menjaga Keseimbangan
Mengelola keuangan bukan cuma soal angka, tapi juga soal menjaga keharmonisan. Menurut data OJK, perencanaan keuangan yang baik bisa mencegah konflik dalam rumah tangga. Karena faktanya, salah satu penyebab utama pertengkaran dalam keluarga adalah masalah uang.
Maka penting untuk rutin berdiskusi soal keuangan bersama pasangan. Bahas tujuan jangka pendek, rencana tabungan, atau bahkan impian masa depan. Dengan komunikasi yang terbuka, setiap keputusan finansial akan terasa lebih ringan dan menyenangkan.
DepoNesia, strategi perencanaan keuangan keluarga bukanlah sesuatu yang sulit atau eksklusif hanya untuk orang berpenghasilan besar. Justru bagi kita yang penghasilannya pas-pasan, perencanaan ini sangat penting. Karena uang sekecil apa pun kalau dikelola dengan benar, bisa membawa kita pada ketenangan finansial.
Seperti yang disampaikan oleh Deputi Statistik Sosial BPS, Ateng Hartono dalam rilis resmi SNLIK 2025, peningkatan literasi keuangan harus dimaknai sebagai momentum untuk bertindak lebih bijak dalam mengelola keuangan sehari-hari. Jadi, yuk mulai sekarang kita biasakan menyusun anggaran, mencatat pengeluaran, hidup hemat, dan menabung. Karena sejatinya, rumah tangga yang kuat bukan hanya dibangun dari cinta, tapi juga dari stabilitas keuangan.
Strategi perencanaan keuangan keluarga lengkap dengan contoh dan praktik nyata. Yuk, kelola uang dengan bijak dan wujudkan masa depan keluarga yang lebih cerah!