Di tengah prediksi resesi ekonomi yang bakal melanda pada tahun 2025, hasil survei BPS 2024 menunjukkan fakta mencengangkan: 73% pekerja kantoran di Indonesia merasa tidak siap menghadapi situasi tersebut, meskipun gaji mereka sudah di atas rata-rata nasional. Kenapa bisa begitu?
Ternyata, banyak yang belum memiliki strategi keuangan yang tepat untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi yang bisa datang kapan saja.
Penting banget untuk kita, para pekerja kantoran, beradaptasi dan belajar mengelola keuangan dengan bijak agar tetap aman secara finansial, meski keadaan ekonomi nggak menentu.
Nah, artikel ini akan memberikan kamu 10 tips terkini yang bisa kamu terapkan mulai sekarang, supaya kamu lebih siap menyambut tahun 2025 dengan kondisi keuangan yang lebih stabil dan terjamin. Yuk, simak selengkapnya!
Daftar isi:
1. Aturan 24 Jam Setelah Gajian
Seringkali, begitu gaji masuk, keinginan untuk membelanjakan uang seketika muncul tanpa pikir panjang. Padahal, kebiasaan seperti ini bisa berisiko mengganggu kestabilan keuangan, terutama ketika menghadapi ketidakpastian ekonomi.
Solusi yang efektif adalah dengan mengikuti prinsip 24 jam setelah gajian. Dalam waktu 24 jam pertama setelah gaji diterima, segera alokasikan dana ke dalam tiga kategori utama:
- 50% untuk kebutuhan bulanan: Alokasikan setengah dari gaji untuk kebutuhan yang sifatnya wajib dan rutin, seperti makanan, transportasi, dan cicilan bulanan.
- 20% untuk tabungan darurat: Sisihkan sebagian dana untuk dana darurat. Dana ini sangat penting untuk menghadapi situasi tak terduga yang memerlukan pengeluaran mendesak.
- 30% untuk kehidupan sehari-hari: Gunakan bagian ini untuk kebutuhan yang lebih fleksibel, seperti hiburan atau belanja yang tidak termasuk dalam kategori wajib.
2. Coffee Shop Budget
Banyak dari kita yang nggak sadar bahwa kebiasaan ngopi sambil jajan di coffee shop bisa jadi pengeluaran yang cukup besar. Misalnya, kalau sehari kita habiskan sekitar Rp 50.000 untuk kopi dan snack, dalam sebulan bisa mencapai Rp 1 juta! Padahal, itu bisa jadi pos yang bisa disiasati agar pengeluaran lebih terkendali.
Cara yang bisa diterapkan adalah dengan membuat anggaran khusus untuk “coffee & socializing” dengan batas maksimal sekitar Rp 600.000 per bulan. Dengan cara ini, kamu tetap bisa menikmati waktu di coffee shop tanpa khawatir keuangan terganggu.
Untuk memudahkan pengelolaannya, pisahkan uang untuk ngopi ke dalam e-wallet atau dompet digital yang terpisah. Setiap bulan, alokasikan dana yang sudah ditentukan. Kalau uangnya habis, berarti sudah tidak ada lagi budget untuk ngopi sampai bulan berikutnya.
3. Lunch Box Challenge
Makan siang di kantor memang terasa praktis, tapi lama-lama biaya makan bisa membengkak. Coba deh hitung, kalau setiap hari kamu habiskan antara Rp 25.000 hingga Rp 50.000 untuk makan siang, dalam sebulan bisa mencapai lebih dari Rp 1 juta! Padahal, itu bisa disiasati supaya pengeluaran lebih hemat.
Ikuti Lunch Box Challenge bawa bekal dari rumah 3 hari dalam seminggu dan beli makanan hanya 2 hari saja. Simple tapi efektif!
Mulai dengan siapkan meal prep pada akhir pekan. Cukup luangkan waktu beberapa jam di hari Sabtu atau Minggu untuk menyiapkan makanan yang praktis dan sehat. Setelah itu, kamu tinggal bawa bekal ke kantor sepanjang minggu.
4. Aplikasi Pengatur Uang
Sering merasa bingung uang habis untuk apa padahal nggak beli barang-barang besar? Nah, ini masalah yang sering terjadi, apalagi kalau kita nggak punya catatan pengeluaran yang jelas. Tanpa sadar, pengeluaran kecil yang nggak terkontrol bisa jadi numpuk dan bikin keuangan jadi berantakan.
Mulai pakai aplikasi pengatur uang yang simpel. Banyak pilihan yang bisa membantu mencatat pengeluaran harian dengan mudah, seperti Money Lover, Spendee, atau cukup dengan catatan di Notes HP. Yang penting, pilih yang nyaman dan mudah dipahami.
Mulai sekarang, download aplikasi tersebut dan catat semua pengeluaran kamu mulai hari ini. Cobalah untuk konsisten mencatat, sekecil apapun pengeluarannya.
5. Emergency Fund Bertahap
Sering merasa susah banget untuk nabung karena target yang terlalu besar? Misalnya, kamu ingin punya dana darurat, tapi rasanya setiap bulan nggak ada yang tersisa buat ditabung. Padahal, dana darurat itu penting banget untuk jaga-jaga, apalagi kalau terjadi sesuatu yang tak terduga.
Menabung secara bertahap jauh lebih realistis. Mulai dengan menyisihkan Rp 100.000 per bulan. Dalam setahun bisa mencapai Rp 1.200.000. Memang nggak besar, tapi kalau konsisten, lama-lama akan terakumulasi jadi dana darurat yang berguna.
Targetkan untuk mengumpulkan dana setara dengan 3 bulan gaji. Dengan jumlah itu, kamu bisa lebih tenang menghadapi situasi darurat tanpa panik. Setel auto-debit Rp 100.000 setiap tanggal gajian agar tabungan dana daruratmu otomatis berjalan.
6. Batasi QRIS & E-Wallet
Sistem pembayaran cashless memang memudahkan, tapi sering kali membuat kita lupa sudah berapa banyak uang yang telah dikeluarkan. Cukup sering, pengeluaran jadi tidak terkontrol karena transaksi yang dilakukan tanpa menggunakan uang tunai, yang membuat kita kurang merasa ‘kehilangan’ uang.
Batasi penggunaan e-wallet dan QRIS. Isi e-wallet cuma sekali seminggu, maksimal Rp 500.000. Habis ya habis – ini akan memaksa kamu lebih mindful dalam spending.
Selain itu, matikan top-up otomatis supaya kamu tidak tergoda mengisi saldo e-wallet tanpa rencana. Setel juga limit harian di e-wallet, misalnya Rp 100.000 per hari, agar pengeluaranmu lebih terkontrol dan tidak melebihi anggaran yang sudah ditentukan.
7. Investment Simpel: Reksadana
Punya uang lebih, tapi bingung mau investasi di mana? Deposito memang aman, tapi bunganya kecil banget. Sementara saham bisa memberikan keuntungan besar, tapi risikonya juga tinggi, kan?
Nah, ada satu solusi yang bisa dicoba: Reksadana campuran. Dengan reksadana, kamu bisa mendapatkan return yang lebih menarik dibanding deposito, tanpa harus terjun langsung ke pasar saham yang fluktuatif.
Reksadana campuran bisa jadi pilihan investasi yang tepat untuk pemula. Kelola lewat aplikasi seperti Bibit, mulai dari Rp 100.000 per bulan. Return-nya sekitar 8-12% per tahun, jelas mengalahkan inflasi dengan risiko yang lebih terukur.
8. Kurangi Subscription yang Tidak Perlu
Di zaman serba berlangganan ini, kita seringkali punya banyak subscription yang sebenarnya nggak terlalu diperlukan. Mulai dari Netflix, Spotify, hingga membership gym, semuanya bisa terasa penting di awal, tapi lama-lama kita sering lupa atau malah nggak pernah pakai. Kalau dihitung-hitung, bisa jadi pengeluaran bulanan yang cukup besar, lho!
Waktunya audit subscription! Cek satu per satu dan cancel yang benar-benar tidak terpakai atau jarang digunakan. Kamu mungkin akan kaget berapa banyak yang bisa dihemat dari sini.
Misalnya, kamu langganan Netflix tapi lebih sering nonton di YouTube, atau bayar gym membership tapi cuma datang sebulan sekali. Itu semua bisa jadi pos yang bisa dihemat.
Untuk memulai, cek bank statement kamu selama 3 bulan terakhir. Lihat semua transaksi yang berhubungan dengan subscription, dan cancel minimal 2 subscription yang dirasa tidak perlu.
9. Side Income dari Skill
Gaji bulanan kadang memang nggak selalu cukup buat memenuhi semua kebutuhan, dan itu wajar banget. Tapi, ada banyak cara untuk menambah penghasilan tanpa harus keluar dari pekerjaan utama. Misalnya, kalau kamu punya skill yang sering kamu gunakan di kantor, kenapa nggak coba manfaatkan itu buat cari penghasilan tambahan?
Coba deh, lihat skill yang kamu kuasai—misalnya desain grafis, analisis data di Excel, atau kemampuan menulis. Semua itu bisa kamu jadikan peluang untuk freelance.
Misalnya, kamu bisa tawarkan jasa desain untuk berbagai kebutuhan kecil atau menulis artikel untuk blog. Sekarang ini, banyak platform yang bisa kamu gunakan, seperti Sribulancer atau Projects.co.id, bahkan lewat Instagram pun kamu bisa mulai menawarkan jasa.
Buatlah portfolio sederhana yang menunjukkan hasil karya terbaik kamu, nggak perlu terlalu rumit, yang penting klien bisa melihat apa yang kamu bisa. Mulai dari pekerjaan kecil, dan lama-lama nama kamu bisa berkembang.
10. THR & Bonus Strategy
Pasti sering kan, THR datang dan langsung habis untuk liburan atau belanja barang yang belum terlalu penting? Agar THR kamu lebih bermanfaat, coba terapkan aturan 50-30-20.
50% untuk investasi atau tabungan,
30% untuk kebutuhan seperti bayar utang atau biaya lainnya,
20% untuk menikmati, seperti belanja atau liburan.
Tulis komitmen ini dan tempel di meja kerja supaya kamu selalu ingat tujuan pengelolaan THR yang bijak. Dengan cara ini, THR nggak cuma buat senang-senang, tapi juga bisa memberi manfaat jangka panjang.
Mengelola keuangan bukan tentang rumus-rumus rumit atau perencanaan yang sempurna, tapi tentang kebiasaan sederhana yang dilakukan secara konsisten. Jangan menunggu semuanya sempurna, karena yang terpenting adalah memulai.
Mulailah dengan satu tips hari ini, dan perlahan-lahan lakukan perubahan kecil yang akan membawa dampak besar dalam jangka panjang. Ingat, tindakan kecil yang konsisten jauh lebih efektif daripada rencana sempurna yang tidak pernah dimulai.
Jadi, pilihlah satu tip yang paling mudah bagi kamu dan coba terapkan hari ini. Bagikan progress kamu di kolom komentar sebagai bentuk komitmen dan accountability, dan mari kita saling mendukung untuk mencapai tujuan keuangan yang lebih baik!