Pernah gak sih Deponesia ngerasain panik mendadak karena ada pengeluaran tak terduga?
Misalnya motor mogok pas weekend, atau tiba-tiba ada keluarga yang sakit dan butuh biaya rumah sakit.
Kalau iya, berarti Deponesia butuh banget yang namanya emergency fund atau dana darurat!
Di tahun 2025 ini, dengan kondisi ekonomi yang makin dinamis, punya emergency fund jadi lebih krusial dari sebelumnya.
Artikel ini bakal kupas tuntas everything about emergency fund, mulai dari berapa jumlah ideal yang harus Deponesia siapkan, cara praktis ngumpulinnya dari nol, sampai tempat terbaik buat nyimpennya.
Apa Itu Emergency Fund dan Mengapa Penting di 2025
Emergency fund bukan cuma tabungan biasa yang bisa diambil sesuka hati buat beli gadget baru atau jalan-jalan.
Ini adalah “pahlawan keuangan” yang siap menyelamatkan Deponesia di saat-saat genting.
Definisi Emergency Fund dalam Perencanaan Keuangan
Emergency fund adalah dana khusus yang disiapkan untuk menghadapi situasi tak terduga yang membutuhkan pengeluaran mendesak.
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dana darurat merupakan simpanan yang dirancang khusus untuk kebutuhan mendesak atau keadaan darurat seperti kehilangan pekerjaan, kebutuhan medis mendadak, atau situasi krisis lainnya.
Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia baru mencapai 65,43%.
Artinya, masih banyak yang belum fully aware tentang pentingnya emergency fund dalam perencanaan keuangan.
Perbedaan Emergency Fund vs Tabungan Biasa
Yang bikin emergency fund beda dari tabungan biasa adalah fungsi dan karakteristiknya.
Tabungan biasa sering dipakai untuk tujuan jangka pendek seperti liburan atau belanja, tapi emergency fund strictly untuk keadaan darurat doang.
Emergency fund harus memiliki tingkat likuiditas tinggi – artinya bisa diakses kapan aja dengan cepat tanpa penalty.
Sementara tabungan biasa bisa disimpan dalam bentuk investasi yang return-nya lebih tinggi tapi butuh waktu untuk pencairan.
Risiko Tidak Memiliki Emergency Fund di Era Modern
Di era 2025 yang serba digital dan cepat berubah, risiko gak punya emergency fund makin besar.
Pandemi COVID-19 udah ngasih pelajaran berharga, lebih dari 3,5 juta pekerja kena PHK dan dirumahkan.
Mereka yang punya emergency fund bisa survive lebih lama sambil cari kerjaan baru.
Tanpa emergency fund, Deponesia bakal terpaksa:
- Berutang dengan bunga tinggi (kartu kredit atau pinjol)
- Mencairkan investasi jangka panjang sebelum waktunya
- Mengorbankan tabungan untuk tujuan lain (dana pensiun, pendidikan anak)
- Stress financially dan secara mental
Berapa Jumlah Emergency Fund yang Ideal untuk Deponesia
Nah, ini dia pertanyaan sejuta rupiah! Berapa sih jumlah emergency fund yang ideal? Jawabannya bukan arbitrary, ada formula yang bisa Deponesia pakai.
Formula Menghitung Emergency Fund Berdasarkan Profesi
Berdasarkan rekomendasi Kementerian Keuangan dan para financial planner, besaran emergency fund dihitung berdasarkan kelipatan pengeluaran bulanan:
Single/Belum Menikah:
- 3-6 bulan pengeluaran rutin
- Contoh: Pengeluaran Rp3 juta/bulan → Emergency fund Rp9-18 juta
Pasangan Tanpa Anak:
- 6-9 bulan pengeluaran rutin
- Contoh: Pengeluaran Rp5 juta/bulan → Emergency fund Rp30-45 juta
Keluarga dengan Anak:
- 9-12 bulan pengeluaran rutin
- Contoh: Pengeluaran Rp7 juta/bulan → Emergency fund Rp63-84 juta
Emergency Fund untuk Karyawan vs Freelancer
Profesi juga ngaruh banget ke besaran emergency fund yang dibutuhkan:
Karyawan Tetap:
- 3-6 bulan pengeluaran (risiko lebih rendah karena penghasilan stabil)
- Bisa fokus di angka minimal karena ada severance pay kalau kena PHK
Freelancer/Pekerja Lepas:
- 6-12 bulan pengeluaran (risiko lebih tinggi karena income fluktuatif)
- Perlu buffer lebih besar karena gak ada jaminan sosial dari perusahaan
Pemilik Usaha:
- 12-18 bulan pengeluaran (risiko tertinggi)
- Harus cover tidak hanya kebutuhan personal tapi juga operasional bisnis
Strategi Membangun Emergency Fund dari Nol
Oke, udah tahu berapa yang dibutuhkan. Sekarang gimana cara ngumpulinnya? Tenang, ada strategi step-by-step yang bisa Deponesia ikuti.
Langkah Pertama Memulai Emergency Fund
Step 1: Financial Health Check Sebelum mulai ngumpulin emergency fund, pastikan dulu kondisi keuangan dasar udah oke:
- Semua tagihan rutin udah terbayar
- Gak ada utang konsumtif yang mencekik
- Udah ada anggaran bulanan yang jelas
Step 2: Tentukan Target Realistis Jangan langsung target 12 bulan pengeluaran kalau baru mulai. Start small:
- Target awal: 1 bulan pengeluaran
- Target medium: 3 bulan pengeluaran
- Target final: sesuai profesi dan kondisi
Step 3: Buka Rekening Terpisah Emergency fund harus dipisah dari rekening operasional harian. Ini penting banget biar gak tergoda buat dipakai hal-hal yang bukan darurat.
Tips Mengumpulkan Emergency Fund dengan Gaji Pas-pasan
“Gaji pas-pasan gimana mau nyisihin buat emergency fund?” – Ini concern yang wajar banget. Tapi ada caranya:
Strategi 50/30/20:
- 50% untuk kebutuhan pokok
- 30% untuk keinginan
- 20% untuk tabungan (termasuk emergency fund)
Kalau 20% masih terlalu berat, mulai dari 5-10% dulu. Yang penting konsisten!
Metode “Pay Yourself First”: Begitu gaji masuk, langsung transfer dana untuk emergency fund sebelum bayar yang lain. Treat it like a non-negotiable bill.
Side Hustles:
- Jual barang bekas
- Freelance skill yang Deponesia punya
- Passive income dari platform digital
Automasi Pembentukan Emergency Fund
Teknologi adalah sahabat terbaik untuk membangun emergency fund. Deponesia bisa memanfaatkan:
Auto-debit/Transfer Terjadwal: Set up auto-transfer dari rekening gaji ke rekening emergency fund setiap tanggal gajian. Misal 10% dari gaji langsung pindah otomatis.
Aplikasi Micro-saving: Banyak fintech yang punya fitur “pembulatan” – setiap transaksi dibulatkan ke atas dan selisihnya masuk ke tabungan. Rp47.300 jadi Rp48.000, sisanya Rp700 masuk emergency fund.
Goal-based Saving: Bank digital kayak Jago, Jenius, atau aplikasi fintech lain punya fitur kantong/saku terpisah dengan target dan timeline tertentu.
Tempat Terbaik Menyimpan Emergency Fund 2025
Emergency fund perlu disimpan di tempat yang safe, accessible, dan at least bisa ngelawan inflasi dikit. Ini opsi terbaiknya:
Pilihan Investasi Emergency Fund yang Aman dan Likuid
1. Tabungan High Yield Beberapa bank digital menawarkan bunga tabungan yang lebih tinggi:
- Bank Jago: Kantong Nabung 3,75%
- Bank Raya: Saku Jaga hingga 6% (dengan kunci periode tertentu)
- HSBC Advance: High Rate Savings dengan syarat tertentu
2. Reksa Dana Pasar Uang (RDPU) RDPU jadi pilihan favorit karena:
- Return lebih tinggi dari tabungan (biasanya 4-6% per tahun)
- Likuiditas tinggi (pencairan T+1 sampai T+3)
- Risiko sangat rendah
- Gak kena pajak bunga seperti deposito
3. Deposito Jangka Pendek Untuk sebagian emergency fund yang mungkin gak akan dipakai dalam waktu dekat:
- Bank digital seperti Allo Bank: hingga 7,50%
- Bank Krom: hingga 8,75%
- Bank Saqu: Busposito hingga 7%
Perbandingan Tabungan High Yield vs Money Market vs Deposito
Kriteria | Tabungan High Yield | RDPU | Deposito |
---|---|---|---|
Likuiditas | Sangat Tinggi (Real-time) | Tinggi (T+1 sampai T+3) | Rendah (Ada penalty) |
Return | 2-6% p.a. | 4-7% p.a. | 4-8% p.a. |
Risiko | Sangat Rendah | Rendah | Sangat Rendah |
Minimum | Rp50.000 – Rp1 juta | Rp100.000 | Rp1 juta – Rp10 juta |
Pajak | Ya (20% untuk bunga) | Tidak | Ya (20% untuk bunga) |
Akses | 24/7 via ATM/Mobile | Jam kerja via aplikasi | Sesuai tenor |
Platform Digital untuk Emergency Fund Management
Aplikasi All-in-One:
- Bibit: RDPU + tracking goal
- Bareksa: Banyak pilihan RDPU
- Tanamduit: User-friendly untuk pemula
Bank Digital Terbaik:
- Bank Jago: Fitur kantong terpisah + bunga kompetitif
- Jenius: Dream Saver untuk goal-based saving
- Bank Raya: Saku Jaga dengan opsi kunci dana
Fintech Micro-saving:
- Qapital: Pembulatan otomatis
- Flip: Transfer gratis antar bank
- Dana/GoPay: Tabungan dengan bunga menarik
Cara Mempertahankan dan Mengoptimalkan Emergency Fund
Punya emergency fund itu bukan cuma soal ngumpulin doang. Deponesia juga harus tahu cara maintain dan optimizenya.
Kapan Boleh Menggunakan Emergency Fund
Emergency fund bukan ATM pribadi yang bisa diambil sesuka hati! Ada kriteria ketat kapan boleh dipake:
BOLEH digunakan untuk:
- Kehilangan pekerjaan mendadak
- Biaya medis darurat yang gak ditanggung asuransi
- Kerusakan rumah/kendaraan yang urgent
- Kebutuhan keluarga mendesak (kematian, kecelakaan)
- Bencana alam atau force majeure
JANGAN digunakan untuk:
- Liburan atau travelling
- Belanja gadget/fashion
- Investasi “opportunity”
- Cicilan rutin yang seharusnya sudah dianggarkan
- Wedding atau acara yang bisa direncanakan
Strategi Replenish Emergency Fund Setelah Digunakan
Kalau emergency fund udah kepake, prioritas #1 adalah ngembaliin seperti semula:
Prioritas Tinggi:
- Stop dulu investasi non-essential
- Kurangi lifestyle spending sementara
- Cari sumber income tambahan
- Alokasikan bonus/THR langsung ke emergency fund
Timeline Target:
- Kalau dipake untuk small emergency: 3-6 bulan
- Kalau dipake untuk major emergency: 6-12 bulan
Emergency Fund Planning untuk Berbagai Skenario
Setiap orang punya kondisi hidup yang beda, jadi strategy emergency fund juga harus disesuaikan.
Emergency Fund untuk Single vs Keluarga
Single Person (Ages 20-30):
- Target: 3-6 bulan pengeluaran
- Focus: Career building and skill development
- Strategy: Start dengan 1 bulan, gradually increase
- Prioritas: Establish habit dulu, jumlah menyusul
Young Couple (Dual Income No Kids):
- Target: 6-9 bulan pengeluaran
- Focus: Balance individual dan joint goals
- Strategy: Combine resources tapi tetap ada emergency fund personal
- Prioritas: Prepare for major life changes (rumah, anak)
Family with Kids:
- Target: 9-12 bulan pengeluaran
- Focus: Protect family’s standard of living
- Strategy: Layer approach (immediate access + slightly longer term)
- Prioritas: Cover education dan healthcare costs
Emergency Fund di Masa Inflasi dan Resesi
Anti-Inflation Strategy:
- Diversifikasi mata uang: Sebagian kecil dalam USD atau emas
- Review berkala: Adjust target sesuai kenaikan cost of living
- Productive emergency fund: RDPU atau deposito yang beat inflation
Recession-Proof Approach:
- Increase target dari 6 bulan jadi 9-12 bulan
- Focus di job security dan skill development
- Build multiple income streams
- Network and relationship building
Sumber:
- https://ojk.go.id/id/berita-dan-kegiatan/siaran-pers/Pages/OJK-dan-BPS-Umumkan-Hasil-Survei-Nasional-Literasi-dan-Inklusi-Keuangan-Tahun-2024.aspx
- https://money.kompas.com/read/2024/12/10/152332826/pentingnya-emergency-fund-atau-dana-darurat-dalam-keuangan-pribadi
- https://mediakeuangan.kemenkeu.go.id/article/show/dana-darurat-apakah-penting
- https://www.megasyariah.co.id/id/artikel/edukasi-tips/simpanan/cara-menghitung-dana-darurat
- https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kanwil-suluttenggomalut/baca-artikel/13573/Mari-Persiapkan-Dana-Darurat.html
- https://www.banklescadana.co.id/blog/tips/tempat-simpan-dana-darurat/
- https://finansial.bisnis.com/read/20250316/90/1861672/daftar-bank-dengan-bunga-deposito-tertinggi-2025-bisa-untuk-simpan-thr

Seorang SEO Specialist yang fokus pada technical SEO dan Content Writing. Menyukai hal baru dalam dunia digital marketing dan selalu berusaha berkembang serta belajar setiap harinya.